Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Masjid Bukan Tempat Kampanye Politik
Oleh : Redaksi
Jumat | 23-03-2018 | 16:24 WIB
kampanye2.jpg Honda-Batam
Ilustrasi kampanye di masjid. (Foto: Ist)

Oleh Rengganis Putri

MASJID sebagai tempat ibadah bagi Umat Islam, merupakan tempat bersujudnya seorang Hamba kepada Allah SWT sebagai sang Khalik. Sebagai sarana beribadah, masjid merupakan kunci dari perkembangan ajaran Islam itu sendiri.

Di masjid, seorang muslim akan menemukan ketenangannya, juga akan bisa lebih meningkatkan keimanannya. Kehidmatan umat Islam sangat terlihat ketika sedang berjamaah melaksanakan Ibadahnya di dalam masjid.

Masjid yang memberikan manfaat banyak bagi kehidupan jamaahnya. Bukan hanya sekedar tempat sholat. Itulah masjid yang hidup dan menghidupkan, tidak hanya sekedar bentuk bangunannya yang indah saja, melainkan ada filosofi yang sakral bagi pemeluk agama Islam.

Islam sebagai sebuah ajaran, mengandung prinsip-prinsip ketauhidan, yaitu pengajaran mengenai keimanan, bentuk keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT sebagai sang pencipta mahkluk dan alam semesta.

Masjid juga tempat pemberdayaan umat, mempunyai posisi yang strategis dalam perjalanan sejarah umat. Di zaman Muhammad Rasulullah SAW, masjid menjadi basis pendidikan, kegiatan sosial, kemiliteran dan lainnya. Sementara masjid di zaman sekarang,belum banyak dikembangkan fungsinya sebagai basis pemberdayaan umat.

Zaman Kenabian harus ditiru dalam pengelolaan masjid, peran masjid sebagai tempat pusat pembangunan peradaban. Masjid sebagai tempat produktifitas umat muslim, dalam membangun gagasan, ajaran islam sebagai agama yang di ridhoi Alloh SWT.
Masjid bukan tempat berpolitik

Masjid adalah tempat dimana setiap orang datang dengan ketulusan hati, tanpa disertai oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya manusiawi. Orang yang berkumpul di dalam masjid sangat beragam, dengan berbagai macam profesi, ada pejabat, pengusaha, petani, dan lain-lain, tentu hal ini akan sangat riskan ketika orang-orang tersebut datang tidak dengan tulus, dengan membawa kepentingan politik golongan.

Masjid, menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra Azyumardi, harus dijaga kesuciannya dan menjadi tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. "Kita harus menjadikan masjid sebagai tempat yang nyaman, damai, dan khusyuk, tidak menjadi bayang-bayang, membela partai politik tertentu," ujar mantan Rektor UIN Jakarta tersebut.

"Masjid di Indonesia menjadi pusat pembangunan kelembagaan islam, seperti pendidikan islam. Bukan tempat kegaduhan atau kontestasi politik, berbeda seperti di tempat lain, misalnya seperti di Timur Tengah," ujar Azyumardi.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengemukakan bahwa masjid bukanlah tempat yang tepat untuk membangun faksi politik. “Masjid bukanlah tempat yang tepat untuk membangun faksi-faksi dan memperjuangkan kepentingan politik praktis,” kata Jend. (Purn) TNI. Moeldoko.

Sebagai sebuah bangsa dengan mayoritas musllim, maka harus di dorong kesadaran untuk menjadi tauladan bagi minoritas pemeluk agama lainnya. Umat islam harus tekankan perdamaian dan toleransi antar umat beragama yang hidup dalam naungan satu bangsa.*

Penulis adalah Mahasiswi UIN Imam Bonjol, Padang Sumatera Barat