Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Resiko Jika Sering Mengonsumsi Makanan Cepat Saji
Oleh : Redaksi
Selasa | 27-02-2018 | 13:14 WIB
fast-food1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi fast food. (istock) | istock)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Perkembangan modern membuat kita dengan mudah mendapatkan segala sesuatunya dengan instan. Salah satunya yakni dengan mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food.

Meski banyak yang tahu jika manfaatnya tidak terlalu baik untuk tubuh, namun kita sering saja mengabaikannya. Melansir Kompas.com, makanan cepat saji diketahui memiliki banyak minyak dan tentu ini bukanlah sesuatu yang baik bagi tubuh.

Bila mengonsumsi secara berlebih, akan terjadi peningkatan peradangan di tubuh. Sehingga bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.

Apakah ada yang lebih parah? Tentu, salah satunya sistem kekebalan tubuh yang akan diserang oleh junk food atau makanan cepat saji. Bagian yang diserang oleh makanan ini adalah sensor genetik yang disebut inflammasome.

Jika kita nekat dengan terus-menerus menyantap burger ukuran besar, bersiaplah, sistem kekebalan tubuh akan bermasalah. Hingga akhirnya menyebabkan peningkatan risiko penyakit, menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Cell.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti memberikan tikus makanan khas orang-orang 'Barat' yang serupa dengan makanan cepat saji- tinggi lemak dan gula serta rendah serat-selama satu bulan.

Para peneliti menemukan bahwa tikus yang menyantap makanan cepat saji mengalami respons inflamasi yang signifikan.

Respons ini hampir sama seperti mereka yang menderita infeksi bakteri yang buruk. Saat mereka kemabali ke makanan reguler, peradangannya berkurang, namun sistem kekebalan teta[ bereaksi kuat.

"Inflammasome memicu perubahan epigenetik semacam itu," kata rekan penulis studi Eicke Latz, direktur Institute Innate Immunity di University of Bonn, Jerman.

Akibatnya, kata Latz, sistem kekebalan tubuh lebih peka bereaksi, bahkan terhadap rangsangan kecil dengan respons peradangan yang lebih kuat.

"Temuan ini ... memiliki relevansi sosial yang penting, di mana pengetahuan dasar soal makanan sehat perlu menjadi bagian dari pendidikan saat ini," ungkap Latz.

Sumber: Nova.Id
Editor: Yudha