Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Letjen Edy Rahmayadi yang Saya Kenal
Oleh : Redaksi
Rabu | 21-02-2018 | 17:14 WIB
edy-rahmayadi.jpg Honda-Batam
Letjen (Purn) Edy Rahmayadi, mantan Dandim Batam. (Foto: Ist)

Oleh Teuku Jayadi Noer

LETNAN JENDERAL (Purn) Edy Rahmayadi, mantan orang nomor satu di satuan elit TNI Angkatan Darat, Kostrad ini hanyalah anak seorang sersan. Ibunya ikut membantu perekonomian keluarga dengan menjual kue. Dari kehidupan sederhana tapi penuh disiplin dan nilai-nilai itulah, Edy kecil tumbuh dalam tempaan segala keterbatasan.

 

Sebagai pengamat sosial dan politik, saya melihat pandangan masyarakat mengenai Edy, dari sejak di Batam, Jakarta sampai Medan, sosok Edy adalah sosok anak Medan tulen! Rasa setia kawannya jangan diragukan lagi. Itu sudah jamak diketahui oleh masyarakat di Sumatera Utara dan kota-kota lain tempatnya berdinas.

Prinsip anak Medan, 'hancur demi kawan' tampaknya melekat kuat pada diri seorang Jenderal Edy Rahmayadi. Dari siapakah prinsip itu? Apakah dari pergaulannya dengan sesama anak Medan?

Ternyata, terpaan masa kecil Edy yang akrab dengan keterbatasan dan didikan disiplin ayahnya sebagai seorang prajurit itulah sumbernya. Sebagai anak seorang ibu penjual kue, Edy kecil rupanya kerap berbagi makanan dengan teman-temannya. Meskipun sejatinya, keluarga Edy pun tidak berkelebihan makanan.

Prinsip berbagi tak harus di saat berlebih, tapi juga di masa sulit. Tampaknya, itulah yang ditanamkan kedua orang tua Edy sejak kecil. Sungguh prinsip yang benar-benar khas anak Medan, 'hancur demi kawan'.

Selain menanamkan nilai-nilai kesetiakawanan, ayah Edy juga memotivasi semangatnya untuk memancangkan cita-citanya setinggi bintang di langit. Agar dia kelak dapat mengubah nasib banyak orang, menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Edy yang lahir di Sabang, Aceh, 10 Maret 1961. Ayahnya, Rachman Ishaq adalah penduduk asli Kota Medan bersuku Melayu Deli. Sebagai lulusan Akademi Militer tahun 1985, Edy sangat berpengalaman dalam bidang infanteri. Pernah menjabat sebagai Komandan Yonif Linud 100/Prajurit Setia yang bermarkas di Namu Sira-Sira, Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Juga pernah menjadi Panglima Kodam I/Bukit Barisan.

Jika dirunut karir politiknya, Edy sangat akrab dengan pasukan elit. Pernah menjadi Komandan Pleton (Danton) di jajaran Kopassus (1985), Danton Kostrad (1985), Danton Yonif 321 Kostrad (1985), Danton Yonif 323 Kostrad (1986), Danton Yonif 2/A 323 Kostrad (1987), Danton I/B Yonif 323 Kostrad (1988), Dankipan B Yonif 323 Kostrad (1989) dan Dankipan A Yonif 323 Kostrad (1993).

Kemudian, Edy menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia, Kodam I/Bukit Barisan (1998), Kasi Ops Rem 031/WIrabraja, Kodam Bukit Barisan (2001), Kasi Ops Rem 011/Lilawangsa, Kodam Iskandar Muda (2001), Komandan Kodim 0316/Batam, Kodam I/Bukit Barisan (2002), Kepala Staf Korem 031/Wirabraja, Kodam I/Bukit Barisan (2004) dan Pabandya-3/Banglarsat, Paban III/Binorg, Sopsad (2006).

Bahkan, Edy pernah menjadi dosen Gol. IV Seskoad (2007), Patun Seskoad (2007), Asops Kasdam Iskandar Muda (2008), Komandan Resimen Taruna Akademi Militer (2010), Pamen Denma Mabesad (2011), Komandan Korem 174/Anim Ti Waninggap Kodam XVII/Cendrawasih (2012), Dir Pemantapan Semangat Bela Negara, Deputi Bidang Pemantapan Nilai Kebangsaan, LEMHANAS RI (2013), Panglima Divisi Infanteri I, Kostrad (2014), Panglima Kodam I/Bukit Barisan (2015) dan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (2015-2017).

Dari pengalaman panjangnya sebagai prajurit dan komandan yang bertugas di sejumlah daerah di Indonesia, Jenderal Edy Rahmayadi berhasil membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat, pemerintah dan berbagai elemen organisasi politik dan sosial. Terbukti, sewaktu bertugas sebagai Komandan Kodim 0316/Batam, Edy berhasil membawa Kodim Batam dekat dengan rakyat. Begitu pulalah yang dilakukannya di sejumlah daerah lain di Indonesia, tempatnya bertugas.

Di luar dunia militer, Edy hingga saat ini masih tercatat sebagai Ketua Umum PSSI ke-16. Ada catatan menarik dari kiprah Edy di dunia sepak bola nasional. Awalnya, sosok Edy memang tidak terlalu menonjol. Perlahan nama Edy Rahmayadi pun mencuat ke permukaan persepakbolaan Indonesia setelah kelompok K-85 yang merupakan kumpulan dari 85 klub pemilik suara dalam kongres PSSI yang menginginkan rezim La Nyalla segera berakhir. Kelompok ini pulalah yang mencalonkan Eddy sebagai Ketua Umum PSSI.

Pada pemilihan Ketua Umum PSSI yang dilaksanakan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, pada 10 November 2016, Edy Rahmayadi terpilih sebagai Ketua Umum dengan total suara 76, Moeldoko 23 suara, dan Eddy Rumpoko 1 suara, dan 7 suara tidak sah.

Setelah didaulat sebagai Ketua Umum PSSI, pekerjaan berat sudah menantinya. Eddy pun segera menyiapkan Timnas Indonesia untuk menghadapi Piala AFF 2016, SEA Games 2017, dan Asian Games 2018.

Dengan semua pengalaman tersebut, plus doktrin ayahnya yang tertancap kuat itu, menjadi modal bagi Edy untuk berkiprah di dunia politik. Sebagai pengamat sosial dan politik, saya menyakini Jenderal Edy bakal mampu membawa Provinsi Sumatera Utara bergerak menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.

Melalui jalur politik itulah, Edy ingin merealisasikan doktrin ayahnya, ingin memperbaiki nasib masyarakat Sumatera Utara menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Dan dari berbagai kesempatan diskusi dan pemaparan di depan umum, saya melihat optimisme Edy untuk dapat merealisasikan mimpinya itu begitu kuat. Sekuat dirinya sewaktu kanak-kanak dulu, berhasil meraih mimpi yang telah dipancangkannya di langit. Prestasi militer yang tinggi. Dan kini kursi orang nomor satu di Provinsi Sumatera Utara, tak lama lagi bakal diraihnya.

Inilah sosok Edy Rahmayadi yang saya kenal. Sosok anak Medan kali pun! *

Penulis Pengamat Sosial dan Politik