Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tampilkan Pelawak di TV Mirip Eddie Murphy, Jepang Tuai Kecaman
Oleh : Redaksi
Jumat | 05-01-2018 | 08:58 WIB
pelawak-Jepang.jpg Honda-Batam
Acara yang ditayangkan pada malam Tahun Baru itu menampilkan pelawak terkenal Hamada, dengan wajah berwarna hitam (Sumber foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Jepang - Sebuah acara televisi di Jepang dituduh tidak peka budaya dan rasis setelah seorang pelawak mewarnai wajahnya dengan warna hitam untuk menirukan Eddie Murphy, aktor berkulit hitam dari Amerika Serikat.

Acara yang ditayangkan pada Malam Tahun Baru itu menampilkan pelawak terkenal Hamada. Dalam acara komedi pendek, dengan wajah berwarna hitam Hamada beraksi bagaikan adegan Beverly Hills Cop.

Langkah itu menunai kritik karena menggunakan makeup untuk mengejek orang-orang kulit hitam praktik yang biasa dikenal dengan sebutan 'blackface'- dianggap menyinggung perasaan.

Selama beberapa hari terakhir suara protes semakin gencar. Salah satunya diutarakan oleh Baye McNeil, seorang penulis dan kolumnis kelahiran Amerika Serikat yang berkulit hitam dan sudah menetap di Jepang selama 13 tahun terakhir.

Paham rasisme?

Lewat Twitter, ia berusaha menarik perhatian publik terhadap acara televisi tersebut dengan mengatakan orang-orang kulit hitam "bukan bahan humor dan bukan pula penyangga".

"Jika perlu aktor kulit hitam, maka carilah aktor kulit hitam yang bisa berbahasa Jepang," kata McNeil.

Dituturkannya, ia mencintai Jepang dan ingin menyoroti praktik 'blackface' sebagai sesuatu yang rasis.

Bahkan ia mempunyai "skenario menakutkan" yang mungkin saja terjadi dalam pembukaan pesta olahraga Olimpiade Tokyo 2020 ketika "Jepang menerjunkan kelompok musik doowop Blackface untuk memberikan penghormatan kepada atlet-atlet kulit hitam".

"Itu suatu bencana! Jadi saya memohon #stopblackfaceJapan now."

Bagaimanapun muncul perdebatan di Twitter tentang apakah pemirsa Jepang paham akan sejarah rasisme dalam acara-acara musik di Amerika Serikat dan Eropa. Muncul pula pertanyaan apakah praktik itu tetap dipandang rasis jika pelawak dan penonton tidak paham sejarah rasisme dalam dunia pertunjukan.

Seorang pengguna Twitter, Heavy Weapon, misalnya mengatakan bahwa McNeil berusaha mengoreksi persoalan yang tidak menjadi masalah di Jepang dengan menerapkan standar Amerika.

"Apa yang tidak pantas di Amerika Serikat tidak berlaku di seluruh dunia," katanya.

Sedangkan pengguna lain membela acara televisi di Jepang tersebut dengan berpendapat pelawak hanya ingin menirukan Eddie Murphy seakurat mungkin dan memberikan penghormatan kepadanya.

Namun menurut McNeil, orang seharusnya belajar untuk lebih berhati-hati dan peka terhadap masalah itu.

Kontroversi seperti acara lawak di televisi Jepang juga pernah terjadi sebelumnya. Dalam satu kasus, iklan di negara itu pernah menyulut kontroversi karena merepresentasikan orang-orang Barat dengan menampilkan aktor-aktor Jepang mengenakan rambut palsu warna pirang dan hidung panjang terbuat dari plastik.

Dalam kasus lainnya, maskapai penerbangan Jepang ANA dan perusahaan elektronik Toshiba terpaksa menghentikan iklan televisi ketika para pemirsa merasa tersinggung dengan adanya penggambaran stereotip orang asing secara terang-terangan.

Sumber: BBC
Editor: Udin