Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

'WC Terbang' Jadi Pemandangan Keseharian

Gubuk Reot Warga Numbing di Tengah Gencarnya Program Bintan Gemilang
Oleh : Harjo
Rabu | 27-12-2017 | 10:02 WIB
Gubuk-reot-Pak-Iwan.jpg Honda-Batam
Kondisi salah satu rumah warga Numbing, Kecamatan Bintan Pesisir, yang butuh perhatian Pemerintah Kabupaten Bintan (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Program Bintan Gemilang yang dicanangkan Bupati Bintan, Apri Sujadi, bertujuan untuk menyejahterakan masyarakatnya. Namun di balik program tersebut, masih ada sejumlah warga di Desa Numbing, Kecamatan Bintan Pesisir, Bintan, yang hanya tinggal di rumah reot tanpa fasilitas MCK dan lainnya yang jauh dari kata layak dan bahkan terkesan 'terabaikan' dari pandangan para pejabat Bintan.

Saking miskinnya, untuk buang air besar saja, harus 'mojok' di balik kayu dan rerumputan sembari menggali tanah dan ditimbun usai menyampaikan hajatnya tersebut. Sebab jangankan untuk masak, cuci dan kakus (MCK) untuk memperbaiki rumahnya yang reot pun, mereka tidak mampu.

"Kalau di sini tidak heran kalau memang buru-buru, mengunakan plastik kresek alias 'WC terbang'. Lalu dibuang ke semak-semak. Ini sudah terjadi lama dan bukan hal yang baru, tapi terkesan tidak pernah diketahui para pejabat di Bintan ," ungkap salah seorang pemuda setempat, Iqbal, kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (27/12/2017).



Iqbal menyampaikan, yang ia ketahui setidaknya ada dua warga yakni Pak Iwan beserta keluarga dan Ibu Temah yang sudah berusia lanjut yang mengalami nasib seperti itu. Kondisi warga Numbing yang tinggal di rumah yang tidak layak itu, karena penghasilannya memang tidak memadai. Sehingga sampai saat ini, membutuhkan perhatian dan uluran tangan dari pemerintah.

"Kalau Pak Iwan dia kerja serabutan di Kijang untuk menghidupi beberapa anggota keluarga di Numbing, namun untuk Ibu Temah, janda dan sudah lanjut usia. Ini baru yang terlihat nyata, karena bisa jadi masih ada nasib warga lainnya yang sama, bahkan lebih parah," ujar Igbal.



Kalau melihat dari kondisi warga tersebut, mereka hidup dalam garis kemiskinan bukan karena malas. Tetapi karena penghasilan mereka yang memang tidak memadai untuk bisa hidup lebih baik, sehingga membutuhkan perhatian dari pemerintah. Apalagi nasib yang mereka derita itu sudah berlangsung selma bertahun-tahun.

"Jangan hanya saat kampanye, baju tersebar sampai ke warga miskin, sekarang saatnya pula warga miskin untuk diperhatikan," imbuhnya.

Editor: Udin