Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tamadun Melayu, Pemuda di Lingga Ini Banjir Tempahan Tanjak
Oleh : Nurjali
Sabtu | 18-11-2017 | 10:14 WIB
buat-Tanjak.jpg Honda-Batam
Robby Arfana Putra, tengah menempah Tanjak untuk perhelatan Tamadun Melayu di Kabupaten Lingga. (Foto: Nurjali)

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Kemeriahan perhelatan Tamadun Melayu yang akan digelar di Kabupaten Lingga, Robby Arfana Putra, pemilik Jerambang Sanggar Langgam Selatan ini kebanjiran tempahan untuk membuat tanjak baik lokal maupun luar daerah.

Dua bulan menjelang perhelatan Tamadun Melayu di Kabupaten Lingga yang akan dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla tersebut, dirinya sudah mendapatkan orderan sedikitnya 200 potong. Tanjak itu dipesan oleh penempah dari Kabupaten Lingga sendiri maupun di luar Kabupaten Lingga seperti Tanjung Balai Karimun hingga Daerah Istimewa Jogjakarta.

"Pesanan yang paleng banyak itu tengkolok Solek Dendam Tak Sudah," kata Roby dengan logat khas Melayu Dabo, saat dihubungi BATAMTODAY.COM, Jumat (17/11/17).

Roby juga memproduksi berbagai jenis tanjak seperti hulu balang, ayam patah kepak, sarang kerengge (semut merah), sekelongsong bunge dan lain-lain. Para pemesan tanjaknya dari berbagai kalangan, mulai dari kantor-kantor, para penata rias, dan para pelajar hingga masyarakat umum.

Untuk harga, dirinya mematok sesuai kebutuhan dan bahan yang digunakan. Harga termurah mulai dari seartus ribu rupiah hingga mencapai satu jutaan rupiah. "Harga bersahabat, saling bantu yang penting tanjak membudaye," ujarnya.

Ketertarikan dirinya dengan tanjak dimulai sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Awalnya hanya membuat tanjak untuk keperluan properti tari, karna kebetulan dirinya juga menyenangi berbagai seni tradisi Melayu.

Namun seiring berkembangnya waktu, Robi berinisiatif mengembangkan keahliannya tersebut untuk menjaga tradisi Melayu dengan membuat tanjak dan pasangan bajunya untuk diproduksi dan dijual.

Meski sudah banyak memproduksi tanjak atau tengkolok ini, Roby mengaku masih banyak harus belajar tentang asal muasal tanjak. Untuk itu dirinya sering bertanya dengan orang-orang tua yang mengerti tentang berbagai filosofi tanjak.

Menurut Alumni Universitas Sriwijaya Palembang ini, Tanjak, tengkolok, dan destar Melayu dulunya merupakan kain yang dililit atas kepala dan dipakai untuk mengahadap ke balai istana supaya rambut terlihat lebih nampak kemas (rapi).

Editor: Gokli