Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ketika Ribuan Mahasiswa di Zimbabwe Meneriakkan 'Suharto, Mubage'
Oleh : Redaksi
Kamis | 16-11-2017 | 10:02 WIB
Robert-Mugabe.gif Honda-Batam
Robert Mugabe berkuasa di Zimbabwe sejak merdeka dari Inggris pada 1980 (Sumber foto: BBC Indonesia)

PADA bulan Juni 1998, saat terjadinya krisis ekonomi di Zimbabwe akibat tingginya suku bunga yang berujung pada kerusuhan, ribuan mahasiswa di ibu kota Harare itu meneriakkan, 'Suharto, Mugabe."

Saat itu, satu bulan setelah Suharto turun, nama Presiden Indonesia kedua itu diteriakkan para mahasiswa yang marah terhadap Mugabe dan turun ke jalan-jalan.

Aksi mahasiswa dalam skala besar di Indonesia dan kerusuhan 1998 di Jakarta berujung pada lengsernya Suharto setelah 32 tahun berkuasa, yang menyebabkan para mahasiswa mengaitkan Suharto dan Mugabe, kata para komentator di Zimbabwe saat itu seperti ditulis wartawan Mail & Guardian, koran mingguan yang berkantor di Afrika Selatan, Iden Wetherell.

"Dengan meneriakkan Suharto, Mugabe, Indonesia, Zimbabwe, beberapa ribu mahasiswa mengepung parlemen di pusat kota Harare, menuntut pemerintah menyelidiki apa yang mereka tuduhkan sebagai korupsi sistematis dalam pemerintahan Presiden Robert Mugabe," tulis Wetherell.

"Mugabe turun. Kami lelah dengan kezalimanmu, kesombongan dan ketololanmu," itulah salah satu tulisan di spanduk yang dibawa para mahasiswa saat itu.

Hubungan Mugabe dekat dengan militer sejak perjuangan kemerdekaan (Sumber foto: BBC Indonesia)

Mugabe mulai berkuasa pada 1980 dan disebut sebagai pahlawan pembebasan Afrika di negara yang dulu disebut Rhodesia.

Ia tidak terlihat di depan umum sejak militer mengambil alih kekuasaan Rabu (15/11/2017) dan dilaporkan berada dalam tahanan rumah.

Sejak berkuasa selama hampir empat dekade, banyak kalangan yang melihatnya terobsesi kekuasaan dan akan melakukan apa pun untuk tetap memegang tampuk kuasa.

Mugabe yang berusia 93 tahun adalah satu-satunya pemimpin Zimbabwe sejak merdeka dari Inggris.

Kesehatannya memburuk namun ia mengatakan akan secara resmi mencalonkan diri lagi tahun depan untuk masa jabatan lima tahun.

Pekan lalu ia memecat Wakil, Presiden Emmerson Mnangagwa (75) yang diperkirakan akan menjadi calon penggantinya. Langkah ini dianggap para pengamat akan meningkatkan peluang istrinya Grace (52) sebagai calon penggantinya.

Langkah Mugage mengedepankan istrinya inilah yang dianggap melampaui batas dan ia kehilangan dukungan dari para pemimpin militer, yang selama ini mendukungnya untuk tetap berkuasa.



Dalam tulisannya pada Juni 1998, wartawan Mail & Guardian, Wetherell menulis kesamaan yang diangkat para pengunjuk rasa antara Suharto dan Mugabe.

"Hal lain yang mirip dengan Indonesia jelas terlihat. Mugabe diliputi tuduhan bahwa anggota keluarganya menggunakan koneksi mereka untuk mendapatkan perjanjian besar," tulis Wetherell.

Suharto dan putri tertua Tutut sebelum memberi suara pada pemilu 2004 (Sumber foto: BBC Indonesia)

BBC Indonesia mengontak Mail & Guardian yang mengatakan bahwa Wetherell berada di Zimbabwe dan tidak lagi bekerja untuk koran itu sejak 2008.

Pengkritik Mugabe, pengamat politik John Makumbe saat itu mengatakan mahasiswa Zimbabwe kurang bersatu seperti di Indonesia dalam memprakarsai gerakan.

Suharto dan putri tertua Tutut sebelum memberi suara pada pemilu 2004 (Sumber foto: BBC Indonesia)

"Saya rasa mereka tidak akan mampu melakukan sesuatu yang besar...orang Indonesia dikenal berani bunuh diri untuk suatu tujuan. Namun (di sini) bila ada mahasiswa yang ditembak yang lain segera balik ke asrama," kata profesor yang meninggal empat tahun lalu.

Berikut Biografi Robert Mugabe:

1924: Lahir
Mendapat kualifikasi sebagai guru
1964: Dipenjara oleh pemerintah Rhodesia
1980: Menang dalam pemilu pascakemerdekaan
1996: Menikah dengan Grace Marufu
2000: Kalah dalam referendum terkait kekuasaan presiden dan kepemilikan tanah orang kulit putih
2008: Kalah dan di posisi kedua dalam pemilu putaran pertama dari Morgan Tsvangirai yang menarik diri karena serangan terhadap pendukungnya
2009: Di tengah ambruknya perekonomian, Tsvangirai dilantik sebagai perdana menteri
2016: Obligasi diterbitkan karena kondisi tanpa uang tunai memburuk
2017: Memecat sekutu lamanya Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa

Hanya Tuhan yang dapat menggeser

Sebelum pemilu pada 2008, Mugabe mengatakan, "Bila Anda kalah pemilu dan ditolak rakyat, maka saatnya meninggalkan politik."

Namun setelah kalah dari Morgan Tsvangirai, Mugabe semakin keras karakternya dan menyatakan "Hanya Tuhan" yang dapat menggesernya dari tampuk kuasa.

Ia meredam kerusuhan untuk mempertahankan diri.

Untuk melindungi para pendukungnya, Tsvangirai menarik diri dari pemilu putaran kedua dan walaupun Mugage terpaksa berbagi kekuasaan dengan saingan kuatnya itu selama empat tahun, ia tetap menjadi presiden negara itu sejak Zimbabwe merdeka pada 1980.

Kunci untuk memahami Mugage adalah perang gerilya pada 1970-an saat namanya mulai popular.

Saat itu, ia dianggap sebagai pahlawan revolusi, yang memerangi kekuasan kulit putih untuk kemerdekaan rakyatnya. Inilah sebabnya banyak pemimpin Afrika yang ragu-ragu untuk mengkritiknya.

Sejak Zimbabwe merdeka, sebagian besar dunia berubah, namun pandangannya tetap sama.

Pengkritiknya disebut "pengkhianat dan penjual negara", istilah yang digunakan dalam perang gerilya dengan pelaku dapat menghadapi hukuman mati.

Ia menyalahkan bobroknya perekonomian akibat rencana negara-negara Barat yang dipimpin Inggris, untuk melengserkannya karena ia menyita banyak lahan milik orang kulit putih.

Pengkritiknya menyalahkan Mugabe dan menyatakan ia tak memahami bagaimana perekonomian modern.

Didymus Mutasa, yang pernah menjadi orang paling dekat Mugabe yang sekarang cekcok dengannya pernah mengatakan kepada BBC bahwa dalam budaya Zimbabwe, raja hanya dapat digantikan bila mereka mati "dan Mugabe adalah raja kami."

Kembalikan uang rakyat

Sampai Rabu malam (15/11), di media sosial, Mugabe disinggung hampir 250.000 kali dan banyak yang mengaitkan dengan dugaan korupsi.

"Semua akun Grace Mugabe di dunia harus dibekukan, dan dana dikembalikan ke rakyat Zimbabwe untuk membangun kembali negara", cuit salah seorang pengguna Twitter, Carl Anhaeusser.

Sementara Nicholas Kristof, kolumnis New York Times. menulis "Robert Mugabe merupakan bencana bagi orang Zimbabwe. Kudeta bukan hal yang menguntungkan untuk memulai babak baru. dan akhirnya negara ini berujung pada demokrasi yang memperhatikan rakyat."

Sumber: BBC
Editor: Udin