Waw, Lampu Aroma Terapi Ini Berasal dari Limbah Kaca
Oleh : Michael Elya Silalahi
Sabtu | 20-05-2017 | 18:26 WIB
Udin-sang-inovator.gif
Produk inovasi dari limbah kaca ini merupakan hasil kreativitas Udin Sarifudin, peserta dari lomba TTG kategori umum (Foto: Michael Elya Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Batam - Limbah kaca menjadi limbah yang jarang kita jumpai pemanfaatannya, dalam lomba inovasi teknologi tepat guna (TTG) saat ini. Namun hal itu, tidak menyurutkan semangat inventor asal Tanjungpinang, untuk memperkenalkan inovasi produk "Lampu Aroma Terapi" multifungsi yang berasal dari limbah kaca.

Lampu Aroma Terapi yang dipamerkan selama perlombaan ini menarik perhatian dari para pengunjung lomba, yang memadati auditorium Keprimall Batam, Jumat (19/5/2017) kemarin.

Produk inovasi dari limbah kaca ini merupakan hasil kreativitas Udin Sarifudin, peserta dari lomba TTG kategori umum. Sejak awal, Udin mengatakan sangat tertarik memanfaatkan media limbah kaca, untuk menciptakan produk multifungsi, yang  bisa digunakan masyarakat.

"Sebagai karya kerajinan dan inovasi, limbah kaca ini belum terlalu banyak dieksplore. Padahal di daerah saya, Tanjungpinang, bisa memproduksi limbah kaca kurang lebih 1 ton dalam sehari. Limbah kaca dengan jumlah segitu, bisa kita dapatkan di mana saja. Sayang jika tidak dimanfaatkan," ujar Udin Sarifudin, kepada BATAMTODAY.COM, Jumat (19/5/2017).

Udin menjelaskan, inovasi buatannya tersebut mengolah limbah kaca untuk dijadikan sebagai tempat multifungsi.  Multifungsi yang dimaksudkan inventor ini yaitu, selain bisa sebagai aroma terapi atau pewangi ruangan, media kaca juga bisa dimanfaatkan untuk lampu atau penerangan.

"Untuk memanaskan aroma terapi biasanya masih sering menggunakn tungku elektrik atau tungku lilin. Kemudian timbul ide, bagaimana jika mengganti tungku tersebut dengan media lain, seperti kaca. Kaca kan juga merupakan media transparan yang bisa menghantar panas dan cahaya dengan baik," tutur Udin.

Untuk mengganti panas lilin, Udin  menggunakan lampu hologen yang bermanfaat sebagai energi panas untuk memanaskan aroma terapi. Sumber energi panas, kata Udin, dapat diperoleh secara two in one. Misalnya mengunakan lampu dan lilin.

"Lilin atau lampu fungsinya sama. Kekurangannya karena lilin lebih cepat padam, paling bisa bertahan 30 menit. Sementara jika memakai lampu, bisa digunakan sebagai lampu tidur. Jadi ketika ruangan sudah wangi, kita bisa mengatur cahaya pada tombol yang tersedia di alatnya. Supaya lebih hemat energi," kata Udin, sambil mempraktekan.

Inovasi lampu aroma terapi yang saat ini mulai diproduksi Udin, menurutnya membutuhkan banyak percobaan, sehingga mendapatkan  hasil produk kulitas terbaik. Bukan saja bisa berhasil terpilih mengikuti ajang lomba TTG tingkat Provinsi Kepri, namun juga sudah mulai dipasarkan.

"Sekitar 6 bulan sudah kita pasarkan di wilayah Kepri. Sampai saat ini sudah terjual 400 unit, dipatok harga Rp250 ribu per produk. Profit penjualannya sudah lumayan, padahal baru enam bulan," jelas Udin.

Lampu aroma terapi yang diproduksi Udin, dalam waktu dekat akan diproduksi massal. Setelah melihat animo masyarakat yang besar terhadap inovasi produk itu. Pihaknya akan bekerja sama dengan SMK, terutama  memberdayakan siswa jurusan elektro di kotanya.

"Sekarang pemesanan lebih banyak ke orang perorangan. Kendalanya produksi masih terbatas. Dalam sehari bisa jual 10 unit saja. Tapi dalam waktu dekat kita akan masuk dan memanfaatkan potensi SDM yang ada, khususnya SMK jurusan elektro," pungkasnya mengakhiri pembicaraan.

Editor: Udin