Indonesia Itu Ada karena Perbedaan dan Keragaman
Oleh : Hadli
Senin | 20-03-2017 | 12:55 WIB
RDP1_haripinto.jpg

Rapat Dengar Pendapat MPR RI bersama Tokoh Agama dan Masyarakat di Batam pada 17 Pebruari 2017 lalu.

BATAMTODAY.COM, Batam - Senator Haripinto Tanuwidjaja, Anggota DPD RI dari Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengatakan, Indonesia ada karena perbedaan, dimana perbedaan itulah yang memperkuat toleransi.

 

"Untuk itu marilah kita bersama-sama merawat Kebhinekaan kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk memperkuat Wawasan Nusantara kita ini yang terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama," kata Haripinto dalam pembukaan acara Rapat Dengar Pendapat MPR RI bersama Tokoh Agama dan Masyarakat di Batam pada 17 Pebruari 2017 lalu.

Haripinto menjelaskan, NKRI yang penuh keragaman, etnis, budaya, bahasa dan terdiri dari beribu ribu pulau adalah suatu warisan yang harus di syukuri bersama seluruh komponen bangsa.

”Negara ini didirikan oleh tokoh-tokoh Agama dan para Pahlawan diatas landasan yang kokoh yakni Pancasila yang selalu menghargai kebhinnekaan,bersikap toleran dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," katanya.

Menurut Haripinto, Wawasan Nusantara bukanlah doktrin tetapi sebuah konsepsi berberbangsa, bernegara dan bermasyarakat dengan paradigma baru.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hal itu untuk mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika serta UUD Negara RI 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Esther Sri Liasna, narasumber dalam RDP tersebut, mengatakan, Indonesia adalah negara yang sangat majemuk memiliki aneka ragam suku, bangsa dan budaya dan agama, berbeda-beda namun tetap satu (Bhinneka Tunggal Ika).

"Begitulah biasanya negara dan bangsa Indonesia mendeskripsikan dirinya. Keanekaragaman ini dalam kenyataannya bisa menjadi berkah dan musibah sekaligus. Berkah seandainya keanekaragaman itu dihargai dan menjadi modal untuk kemajuan bangsa Indonesia," kata Esther.

Pegawai kantor Kementerian Agama Kota Batam ini menilai, keragaman itu menjadi musibah jika kemajemukan itu diabaikan dan dipaksakan menjadi tunggal.

"Konflik-konflik komunal maupun sektarian yang sering terjadi tak lepas dari pengabaian keanekaragaman tersebut, dalam konteks kebebasan beragama, konflik itu biasanya terjadi lantaran satu kelompok mengnggap kelompok lain bermasalah, menyimpang bahkan sesat," katanya.

Namun, hal itu tidak akan terjadi jika tidak ada pemicunya, terlebih masalah kebebasan beragama dilindungi secara hukum. "Untuk itu dalam pembahasan RUU tentang Kerukunan Umat Beragama Perlu kajian yang lebih mendalam,”ucapnya diakhir acara.

Editor: Surya