Siswa SMAN 19 Batam Belajar Dengar Pendapat dengan Dwi Latifa
Oleh : Romi Candra
Sabtu | 25-02-2017 | 08:24 WIB
20170225_113902-409x220.jpg

Anggota DPR RI Dwi Ria Latifa saat menyampaikan sosialisasikan empat pilar kebangsaan di SMAN 10 Batam. (Foto: Romi Candra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, seharusnya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Jika tidak diwujudkan dalam keseharian, Bhinneka Tunggal Ika tidak lebih hanya sebagai somboyan yang kehilangan maknanya.

 

Hal itu disampaikan Anggota MPR/DPR RI, Dwi Ria Latifa, saat melakukan kegiatan "Dengar Pendapat" tentang kebhinekaan dengan siswa SMAN 19 Sagulung, Batam, Jumat (24/2/2017).

Dalam kegiatan dengan materi, "Memaknai Bhinneka Tunggal Ika Dalam Kenyataan", Dwi Latifa mengungkapkan, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, tidak boleh hanya dimaknai dalam bentuk simbol-simbol tanpa upaya pengejewantahannya atau pereujudannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Baca: Dwi Ria Latifa Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di SMAN 10 Batam

"Akan sangat berbahaya bila Bhinneka Tunggal Ika ini hanya dijadikan simbol semata-mata karena akan menyebabkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang masyarakatnya terkotak-kotak, bersekat-sekat tanpa adanya ikatan yang mampu mengintegrasikan mereka di tengah perbedaan," ungkap Dwi, di hadapan para murid.

Kebhinneka Tunggal Ika lanjutnya, seharusnya menghapus sikap dan cara berpikir sempit dari pola pikir kelompok (in group) yang memandang kelompok lain sebagai kelompok luar (out group) yang penuh perbedaan.

"Perbedaan ini akan menjadi benih-benih yang menimbulkan pergesekan dan pertentangan antar kelompok. Sehingga, perpecahanlah sebagai ujung dari berpikiran sempit tersebut," lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan kembali pemikiran Soekarno, presiden pertama RI, yang menyatakan; “...kita hendak mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua...”.

"Dari kata-kata ini, sudah sangat jelas bahwa Indonesia ini dibangun secara bersama-sama dan tanpa ada perbedaan," tegasnya.

Tujuan kegiatan dengar pendapat itu sendiri tambah Dwi, untuk melihat sejauh mana generasi muda memahami makna dari Bhineka Tunggal Ika. Sebab, mereka merupakan generasi penerus bangsa.

"Pemahanan kebhinekaan harus dipahami sejak dini, sehingga kedepan mereka dapat mempertahankan persatuan ini. Karena, merekalah yang akan meneruskan bangsa yang kemerdekaannya telah direbut dengan susah payah oleh para pendahulu kita," pungkasnya.

Editor: Dardani