Tanpa Penyesalan, Pelaku Pembunuhan di Pasar Induk Jodoh Nekat Karena Sering Direndahkan
Oleh : Romi Chandra
Rabu | 08-02-2017 | 17:26 WIB
pembunuh-berencana.jpg

WPG mengakui tidak ada rasa penyesalan sedikitpun telah menghabisi korban yang juga merupakan temannya dan bahkan pernah tinggal satu kamar dengannya (Foto: Romi Chandra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Aksi penganiayaan hingga menyebabkan meninggal dunia yang dilakukan WPG (32), terhadap Erik Nasution alias Ucok, di indekos lantai 2 Pasar Induk Jodoh, dikarenakan dendam dan sakit hati. Bahkan, WPG juga memang berniat untuk membunuh korban.

Ditemui di Mapolsek Lubukbaja, WPG mengakui, tidak ada rasa penyesalan sedikitpun telah menghabisi korban yang juga merupakan temannya dan bahkan pernah tinggal satu kamar.

"Saya sudah siap dengan semua resikonya. Saya sudah tidak bisa menahan sabar lagi dengan ucapan-ucapannya yang selalu merendahkan saya," ungkap WPG.

Dijelaskan, kejadian itu berawal saat ia tengah melakukan aktivitas seperti biasa sebagai juru parkir di sekitar lokasi, Senin (6/2/2017). Tiba-tiba korban langsung menuding ia sebagai pungli dan tidak pantas menjaga parkir di sana.

"Dia bilang saya pungli dan tidak pantas menjaga parkir di sana. Dia juga bilang biar dia yang jaga di sana. Padahal saya sudah minta izin pada orang-orang di sana untuk menjaga parkiran," ujarnya.

Tudingan demi tudingan terus dikeluarkan korban, sehingga WPG bertanya, apa salahnya ke korban. Bukan dijawab, namun korban semakin marah dan melemparinya dengan buah dan barang-barang yang ada di sekitarnya.

Namun WPG tidak melawan dan memilih mengalah. "Saya tidak melawan dan memilih mengalah meninggalkan lokasi. Tapi saya terus direndahkan, jadi siapa yang terima?" tambah WPG.

Rasa dendam dan sakit hati WPG meskipun sudah meninggalakn lokasi, tidak kunjung hilang. Akhirnya, ia memutuskan mencari korban ke kamarnya, sambil membawa potongan besi pagar yang ada di kawasan tersebut.

"Saya lihat dia mau masuk kamar dan dari belakang kepalanya saya pukul pakai besi. Setibanya dalam kamar, saya terus menyerang dan menikamkan besi itu ke tubuhnya tanpa ada rasa penyesalan. Saya sadar saat itu khilaf. Tapi saya audah siap dengan semua resiko," akunya.

Expand