Mengenang Perjuangan Pengungsi dengan Imlek di Vihara Quan Am Tu Pulau Galang
Oleh : Redaksi
Minggu | 29-01-2017 | 13:01 WIB
dwi quan tin.jpg

Dewi Guang Shi Pu Sha pembawa kebaikan di Vihara Quan Am Tu Pulau Galang, Batam

BATAMTODAY.COM, Batam - Vihara Quan Am Tu Pulau Galang, Batam menyimpan sejuta kisah dan harapan dari para pengungsi negara tetangga. Lalu, bagaimana sikap pemerintah Indonesia?

Tidak bisa dipisahkan--menilik sejenak sejarah--Pulau Galang, tahun 1975 vihara ini menjadi tempat pengungsian warga Vietnam yang melarikan diri karena perang saudara. Tujuannya mencari tanah harapan yang dapat membuat mereka tetap bertahan hidup, jauh dari kekerasan perang. Tidak terbayang betapa bahayanya pelayaran yang ditempuh.

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan PBB melalui lembaga yang mengurusi pengungsi korban perang. UNHCR menampung pengungsi Vietnam yang tiba selamat di Pulau Galang. Tempat mereka ditampung populer disebut dengan nama Kampung Vietnam. Kampung ini dibuka pada tahun 1975 sampai 1996. Kondisinya sementara saja sampai ada negara ketiga yang bersedia menampung.

Selama mereka tinggal dan ditampung, pemerintah Indonesia berusaha menyediakan fasilitas sederhana namun layak. Fasilitas itu antara lain, barak-barak penampungan, rumah sakit, sekolah, juga tempat ibadah. Yang beragama Konghucu bisa menjalankan ibadah di Vihara yang di beri nama Quan Am Tu.

Kesan sepi, sepi, tenang, sejuk, seakan menyapa kami waktu singgah di Quan Am Tu. Letaknya dari pulau Batam sekitar 10 kilometer saja. Rutenya melewati Jembatan Barelang yang terkenal dan menjadi icon Pulau Batam. Jika menggunakan kapal waktu tempuhnya dari Pulau Batam sekitar 30 menit.

Meski era pengungsi Vietnam sudah berakhir, namun Vihara ini masih berfungsi. Ada saja umat Konghucu yang datang untuk beribadah disini. Meski tidak seramai saat pengungsi Vietnam masih ada.

Saat ramai pengunjung biasanya menjelang hari raya Imlek. Yang datang biasanya umat Konghucu yang tinggal di Pulau Batam dan pulau-pulau disekitarnya untuk melakukan ritual doa. Sesekali ada rombongan eks pengungsi Vietnam bersama keluarganya yang ingin bernostalgia disini. Biasanya mereka singgah untuk berdoa.

Usia Vihara barulah 38 tahun, sejak pertama kali diresmikan tahun 1979. Sampai sekarang kondisi bangunan Vihara tetap terlihat megah dan kokoh. Seakan tidak rapuh temakan waktu meski sempat mengalami beberapa kali pemugaran. Yang khas adalah warna-warna kontras mencolok yang mendominan seluruh areal. Beberapa petugas pun terlihat menyapu dan membersihkan beberapa sudut Vihara.

Dewi Kebaikan

Suasana sekeliling Vihara terlihat indah. Letaknya di atas bukit memanjakan mata saat menikmati hamparan kerimbunan hutan Mangrove. Menghadap langsung ke salah satu teluk dengan air laut bernuansa biru. Kesejukan pun datang bagi yang menikmatinya.

Tiga patung ukuran besar berwarna-warni menjadi yang pertama bisa kita setelah melewati gerbang masuk. Salah satu patung itu bernama Dewi Guang Shi Pu Sha. Keberadaan sang Dewi Guang Shi Pu Sha terasa tepat dan relevan dengan kondisi pengungsi Vietnam saat itu. Yakni diyakini memberikan keberuntungan, keharmonisan, kerukunan, bahkan jodoh.

Rasa pesimis akan nasib dan masa depan pengungsi Vietnam, terobati dengan harapan kepada Dewi Guang Shi Pu Sha. Nasib dan kondisi tidak lah selalu buruk. Suatu saat, entah kapan, pasti akan berubah menjadi lebih dari sekarang.

Umat yang meyakini Dewi Guang Shi Pu Sha dapat menghadirkan suasana rukun, harmonis, menjadi lebih tenang. Permohonan seperti ini kerap di pinta kepada Sang Dewi. Mengingat tidak jarang terjadi tindakan kriminal, perbuatan bejat, yang justru dilakukan di antara sesama pengungsi.

Harapan yang sama dipanjatkan umat Konghucu saat memasuki tahun baru Imlek. Meski konteks dan lokasinya berbeda nasib para pengungsi Vietnam tadi, Dewi Guang Shi Pu Sha memberikan harapan kehidupan yang lebih baik, yang lebih positif, di hari depan bagi umat yang meyakini-Nya dimana pun ia berada.

Sumber: Detik.com

Editor: Surya