Diduga Hasan Tewas karena Pembuluh Darah Pecah Akibat Stoke
Oleh : Hadli
Selasa | 15-11-2016 | 13:50 WIB
mayat-membusuk.gif

Hasan Basri (48) di Ruko CNN, Kawasan Industri Estate yang ditemukan meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan (Foto: Hadli)

BATAMTODAY.COM, Batam - Tingkat stres yang tinggi karena persoalan ekonomi yang tengah terpuruk, diduga menjadi salah satu penyebab tewasnya Hasan Basri (48), yang ditemukan dengan kondisi mengenaskan di Ruko CNN, Kawasan Industri Estate, Senin (14/11/2016) petang.

Korban ditemukan dalam keadaan tubuh yang sudah membengkak dengan posisi telentang di lantai kantor pelayanan jasa pengiriman barang dan pembayaran berbagai iuran Pos Pay di Blok A3 No. 10 Kelurahan Batubesar, Kecamatan Nongsa.

Dugaan awal, korban yang ditemukan dengan kondisi telentang tanpa baju dengan kondisi kulit telah menghitam serta bersimbah air dan darah yang sudah mengental, akibat dibunuh karena mayat yang ditemukan dengan kondisi yang tidak lazim.

Setelah pihak kepolisian jajaran Polsek Nongsa bersama Polresta Barelang melakukan olah TKP dan mengambil keterangan dari para saudara korban, kesimpulan lanjutan korban meninggal karena sakit.

Olah TKP menunjukkan, tidak adanya tanda kerusakan akibat pencongkelan pada rowling door dan pintu belakang ruko tersebut. Dan mendapat riwayat hidup korban menderita penyakit stroke.

Kapolsek Nongsa, Kompol Syarifuddin Dalimunthe, mengatakan, penyebab lain korban meninggal karena tidak mendapat pertolongan pertama karena korban tinggal seorang diri. Sementara karena masalah ekonomi, istri korban dipulangkan dulu ke Sumatera Utara. Sedangkan anak korban yang kecil dititipkan pada keluarganya di Sekungkuang, Batam.

"Di lantai atas kita juga temukan beberapa bercak muntahan. Dugaan karena setres penyakit korban kambuh, pembuluh darahnya pecah menyebabkan darah dan air mengalir," kata Dalimunthe kepada wartawan di lokasi kejadian, sambil menunjuk ruko dua lantai tersebut.

Di bagian depan ruko, persisnya samping spanduk Pos Play, terdapat tulisan menggunakan pilox merah, tanda lahan dan bangunan ruko tersebut dalam pengawasan perusahaan perbankan.

"Pengakuan adiknya (Herman), korban terbelit utang, ditagih setiap hari, makanya keluarganya diungsikan dulu sambil korban berusaha menyelesaikan persoalan ekonominya. Namun kehendak berkata lain, karena stres penyakitnya kambuh," ujarnya yang diaminkan Herman, sepupu korban pada waktu yang berbeda di lokasi.

Herman tidak menyangka menemukan abangnya dalam kondisi berujung duka. Tujuannya menemui korban untuk berkunjung sekaligus melihat kondisi korban sambil membawa nasi bungkus, sesuai permintaan keluarganya karena beberapa hari belakangan tidak dapat dihubungi.

Penemuan mayat korban sontak membuat geger warga sekitar kawasan Industri Kabil tersebut. Warga merasa penasaran dan ingin mengetahui langsung kondisi korban. Namun, tanpa disadari kondisi yang berdesakan membuat luka yang mendalam pada keluarga korban.

Menggunakan alat komunikasi yang canggih, rata-raya warga yang tua, muda hingga ibu rumah tangga mengabadikan peristiwa itu. Dengan tidak ada rasa iba kepada keluarga korban, kamera handpone disorotkan, hingga jenazah dibopong keluar oleh petugas polisi yang dibantu warga sekitar.

Petugas polisi yang kurang melakukan penjagaan, hingga warga memberanikan diri melanggar garis pembatas (Police Line). Kelurga korban langsung menangis histeris meminta kepada warga untuk tidak melakukan hal itu. Namun rasa penasaran yang kuat seolah menghilangkan rasa manusiawi sesama manusia.

Polisi pun bergerak cepat. Setelah korban dimasukkan ke dalam ambulance, polisi langsung membawa korban ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri di Batubesar untuk diperiksa lebih lanjut, penyebab kematiannya melalui medis, yang diikuti pembubaran warga dari lokasi dengan sendirinya.

Editor: Udin