Aksi Keji Suami Aniaya Istri Sendiri

Sadis, Syafrida Pernah Keguguran Akibat Dipijak Suaminya
Oleh : Romi Candra
Kamis | 27-10-2016 | 16:02 WIB
tukangojekpembunuh2.jpg

Sefrizal (mengenkan kaus warna merah) saat diamankan Polsek Lubukbaja. Dia tenga menganiaya istri sendiri, Syafrida, hingga tewas. (Foto: Romi Chandra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sefrizal (47), bapak bejat yang tega menganiaya istrinya, Syafrida (42), di rumahnya sendiri, Kampung Pisang, Baloi Indah, RT 07 RW IV Lubukbaja Batam hingga tewas, Rabu (26/10/2016) itu memang pantas mendapatkan hukuman seberat mungkin.

Pasalnya, penganiayaan yang ia lakukan ternyata tidak kali ini saja. Sekitar 10 tahun ia menempati rumah tersebut, selama itu pula istri dan anaknya mendapat perlakukan keji dari dirinya.

Bahkan, ia juga pernah menginjak-injak istrinya yang tengah hamil hingga akhirnya keguguran sekitar lima tahun silam.

"Kalau kami melihat keluarga ini, hati ini miris sekali. Hampir setiap hari kami mendenggar keributan di rumah itu, dan banyak warga yang melihat Syafrida dipukuli. Bahkan anaknya yang besar, Fitri (14), juga sering mendapat siksaan," ungkap Norma (nama samaran, red), salah satu warga di sekitar.

Dijelaskan Norma, semenjak kejadian lima tahun lalu itu, membuat Syafrida sakit-sakitan. Namun yang membuat warga salut, Syafrida tidak pernah mengeluh dengan apa yang ia alami.

"Itulah yang kami salutkan. Orangnya sangat penyabar dan berbaur dengan masyarakat. Kalau saya jadi dia, rasanya tidak sanggup menjalaninya. Syafrida juga pernah menjalani operasi belum lama ini, tapi kami tidak tahu pasti sakit apa. Namun setahu kami dia ada sakit sesak nafas, seperti asma," papar Norma.

Bahkan, untuk kebutuhan sehari-sehari, bukanlah uang dari hasil suaminya sebagai tukang ojek. Melainkan, merupakan hasil jerih payahnya sebagai tukang cuci pakaian.

"Sedangkan rumah yang ditempati ini saja, itu dari uang hasil kerjanya, bukan dari suaminya. Begitu juga dengan sepeda motor yang dipakai suaminya mengojek, cicilannya yang bayar Syafrida," tambahnya.

Dilanjutkan, keseharian Syafrida, biasanya ia mencucikan pakaian di toko-toko yang buka di deretan DC Mall. Belum toko buka, ia sudah duduk di pangkalan ojek yang ada di jalan arah masuk ke Kampung Pisang tersebut.

"Sering saya jumpa, pulang-pulang ia mampir ke warung saya belanja keperluan rumah. Bajunya basah dan saya suruh ganti baju dulu biar tidak masuk angin. Tapi jawabannya, nanti saja sekalian istirahat. Saya mau urus anak pergi sekolah dan menyiapkan makan mereka," lanjutnya.

Norma juga sering mendengar keluh kesah yang dialami Syafrida. "Ia sering bercerita tidak sanggup lagi menjalani kehidupan itu. Namun yang membuatnya bertahan karena memikirkan anak-anaknya. Namun ternyata inilah pengorbanan terakhirnya," sesal Norma, yang tidak bisa menahan air matanya. "Kami sangat menyesalkan kepergiannya dengan cara begini. Orangnya aangat baik."

Selain itu, ia bersama warga juga mencemaskan bagaimana kelanjutan dari anak-anak korban. "Kasihan anak-anaknya, masih kecil. Kami tidak tega melihatnya. Kami berharap polisi bisa mencari keluarga dari ibunya. Namun keluarga ibunya di kampung semua. Begitu juga dengan pelaku, bisa dihukum cukup berat atas perbuatannya," pungkas Norma.

Editor: Dardani