Saling Hargai dan Hormati Perbedaan Agama Maupun Etnis

Dandim Batam Imbau Masyarakat Selalu Jaga Ketertiban
Oleh : Romi Chandra
Senin | 01-08-2016 | 11:14 WIB
Bakar-kelenteng.jpg

Amuk massa dengan membakar klenteng di Tanjungbalai (Sumber foto: newsth.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Menjaga toleransi antara umat beragama maupun etnis sangat diperlukan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan di lingkungan tempat tinggal. Hal itulah yang disampaikan Dandim 0316/ Batam, Letkol Inf Andreas Nanang Dwi, dalam menghadiri Halalbihalal masyarakst Jawa Kelahiran Sumatera yang akrab disebut Paguyuban Pujakesuma Batam.

Ditambahkan Andreas, kegiatan tersebut  dilaksankan di Pantai Dangas Sekupang, Minggu (31/7/2016) kemarin, yang dihadiri kurang lebih sekitar 500 warga paguyuban Pujakesuma Batam.

"Sangat penting menjaga keharmonisan meskipun berbeda agama maupun etnis. Kesadaran itu harus datang dari diri sendiri agar suasana aman dan tentram selalu terjaga. Inilah yang saya sampaikan kepada warga yang hadir, serta untuk masyarakat Batam secara keseluruhan," ungkap Andreas pada BATAMTODAY.COM, Minggu malam.

Dijelaskan, arahan kepada warga tersebut ia sampaikan merujuk pada kejadian Tanjungbalai Asahan dan Tanah Karo Sumatera Utara beberapa waktu lalu. "Kejadian ini tentunya bisa menjadi pelajaran untuk kita semua agar bisa saling menghargai satu sama lain," jelas Dandim.

Ia sangat berharap, untuk Paguyuban Pujakesuma selaku etnis Jawa, bisa saling menghormati dengan masyarakat Batam yang memiliki beragam etnis.

"Jangan jadikan perbedaan agama maupun etnis sebagai bentuk permusuhan di Batam. Meski berbeda, namun kita sama-sama masyarakat Batam dan harus selalu menjaga ketertiban," harapnya.

Dikutip dari tribunnews.com, kerusuhan di Tanjungbalai, menyebabkan satu vihara dan empat kelenteng hangus terbakar, Jumat (29/7/2016) malam. Persoalan bermula dari adanya keluhan seorang warga etnis tionghoa bernama Meliana (41) warga Jalan Karya Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota, Tanjung Balai, Sumatera Utara, terhadap suara azan yang dikumandangkan di Masjid Al Maksum dekat rumahnya.

Sebelum kericuhan meledak, Meliana mendatangi nazir masjid menyampaikan keluhan. Ia merasa terganggu dengan suara azan yang dikumandangkan pihak masjid.

Sedangkan kerusuhan di Karo terjadi karena ratusan warga Desa Lingga menyerbu Polres Tanah karo usai penangkapan lima warga Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Jumat (29/7/2016) sekitar pukul 20.20 WIB. Akibatnya, dua warga Desa Lingga tewas diduga terkena peluru petugas kepolisian.

Editor: Udin