Tangis Haru Warnai Pemakaman Lia Arzalina di TPU Seitemiang
Oleh : Harun al Rasyid
Kamis | 28-07-2016 | 13:46 WIB
pemakaman-lia.jpg

Peti berisi jasad Lia Arzalina saat diturunkan ke liang lahat dalam upacara pemakaman yang dilakukan di TPU Sei Temiang. (Foto: Harun al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Tangisan haru mewarnai pemakaman Lia Arzalina (22), warga kavling Sagulung Baru Blok B2 nomor 9, Sungaibinti, Sagulung, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Seitemiang, Kamis (28/7/2016).

Muari, ibu korban, terus-terusan meneteskan air mata. Begitu juga sang adik, Ziana Ristahnia (16) yang merupakan siswi kelas XI di SMN 5 Sagulung. Kedua ibu dan anak ini terus meratapi kepergian Lia, mahasiswi STIE Ibnu Sina yang sempat dilaporkan hilang sekitar dua minggu lalu.

Sejumlah kerabat dan tetangga yang menghadiri prosesi pemakaman tersebut juga ikut larut dalam kesedihan. Mereka mencoba menenangkan ibu dua anak ini agar tetap tabah menghadapi cobaan. Beberapa kali Muari didekap erat salah satu kerabatnya agar tak lagi terjatuh dan pingsan seperti kala mendengar kematian anaknya kemarin.

"Yang sabar, bu, banyak istighfar. Semua sudah ada yang menentukan," sahut salah satu kerabat korban ketika peti jenazah Lia dimasukan ke dalam liang lahat.

Pemakaman sempat ditunda beberapa menit, lantaran galian kuburannya terlalu pendek. Mulanya petugas TPU menyarankan agar membuka peti jenasah dan dikuburkan seperti selayaknya pemakaman normal. Akan tetapi, berkat saran salah satu kerabat korban, akhirnya jenazah Lia tetap dikubur bersama peti.

"Ini darurat. Tolong digali lagi saja biar kubur sama petinya. Insya Allah semua aman (sesuai dengan hukum agama-red)," kata kerabat korban itu.

Pemakaman pun dilangsungkan. Selanjutnya dilakukan penaburan bunga dan pengiriman air di atas pusara Lia. Secara bergantian, Muari dan Ziana menaburkan bunga di atas bingkisan tanah makam.

Tetesan air mata dan sesekali terdengar isakan tangis keluar tak tertahankan. Begitu juga teman dekat Lia dan saudaranya yang ikut menaburkan bunga.

Saat pemakaman, beberapa teman satu kampus mahasiswi semester V jurusan Hukum Ekonomi Syariah, STIE Ibnu Sina Batam juga ikut hadir. Di mata para teman-temannya, Lia termasuk anak yang pendiam. "Dari semester awal kami selalu satu kelas. Tak pernah sebangku cuma kalau pulang sering berdua kalau ayahnya telat jemput," kata Tanti, teman Lia.

Tanti mengaku merasa kehilangan dan turut berduka cita. Selain tak lagi bersama melanjutkan studi, kepergian Lia dirasakan terlalu cepat. Dikatakannya, selama bergaul dengan Lia, ia tidak mempunyai musuh atau masalah dengan siapapun.

"Jelas kita merasa kehilangan. Tak bisa bersama-sama lagi. Walaupun pendiam, anaknya asyik dan tak neko-neko," ujarnya.

Editor: Dodo