Puluhan Kali Pingsan, Ibunda Lia Terus Panggil Nama Anaknya
Oleh : Harun al Rasyid
Rabu | 27-07-2016 | 17:14 WIB
kerangka-wanita-punggur2.jpg

Sejumlah tetangga mengelilingi Muari, ibunda Lia yang syok di rumah duka kawasan Sagulung.

BATAMTODAY.COM, Batam - Kabar penemuan mayat berjenis kelamin wanita di Hutan Lindung Dam Duriangkang, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Muari, berulang kali pingsan tak sadarkan diri. Kendati mayat korban hanya tinggal kerangka, namun kuat dugaan mayat tersebut adalah mahasiswa Ibnu Sina bernama Lia Arzalina (21) yang tak lain adalah anak kandungnya.

Muari tampak syok dengan tatapan mata kosong kearah kerabat dan tetangga yang berkunjung ke rumahnya. Berulang kali sosok ibu dua anak ini jatuh pingsan. Dengan cekatan para sanak famili berusaha membopong tubuhnya dan membaringkan di atas bantal.

Suasana di rumah Muari, warga kavling Sagulung Baru Blok B2 nomor 9, Sungai Binti Sagulung ini tampak hening. Kadang tangisan Muari tiba-tiba meninggi sambil meneriakkan nama anaknya. "Lia... Lia kenapa nak. Lia cepat kali pergi tinggalkan ibu," begitulah ucapan Muari disusul tangisnya yang makin menggebu-gebu.

Sesekali ia bergumam dengan perkataan yang kurang jelas didengar. Lalu terdiam dan kembali teriak memanggil buah hatinya yang saat ini duduk di bangku kuliah semester V jurusan Hukum Ekonomi Syariah, kampus Ibnu Sina.

"Sudah tak terhitung berapa kali dia (Muari, red) pingsan. Belasan kali mungkin ada," kata salah satu tetangga Muari.

Mereka yang datang bermaksud melayat maupun mencari tahu kebenaran informasi penemuan mayat itu juga ikut berbelahsungkawa. Isak tangis sang emak disusul tangisan para tetangga yang datang. Warga yang didominasi ibu-ibu ini tampak ikut terlarut dalam kesedihan.

"Kasihan, suaminya kemarin meninggal kecelakaan karena pergi cari anaknya. Sekarang anaknya juga ikut meninggal," tutur ibu itu lagi.

Hingga saat ini, warga masih menunggu kabar kebenaran dan hasil otopsi oleh pihak terkait. Beberapa tetangga lainnya mendirikan tanda di jalan depan rumahnya. Suasana di rumah duka benar-benar terasa mencekam.

Editor: Dodo