Adzan dan Ingat Allah, Selamatkan Afrizal Tiga Hari Terapung di Selat Malaka
Oleh : Romi Candra
Jum'at | 22-07-2016 | 08:00 WIB
afrizalterapung.jpg

Afrizal, terbaring lemah di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam. (Foto: Romi Candra)

TERAPUNG selama tiga hari di perairan Selat Malaka, menghempaskan Afriza, nelayan asal Belawan Sumatera Utara berusia 44 tahun, ke dalam situasi bercampur. Ia harus bisa bertahan hidup, entah sampai kapan, hanya dengan berpegangan pada viber serpihan kapalnya yang karam. Bagaimana Afrizal menyelamatkan dirinya? Berikut tulisan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Candra

 

Tapi, ia juga harus bisa segera menghapus bayangan wajah Budi, sahabat sekaligus tekong kapalnya, yang meregang nyawa saat bersama-sama terombang-ambing bersama dirinya. Sama-sama menyampirkan nyawa di viber yang sama.

"Hanya adzan dan terus mengingat Allah, itulah yang saya lakukan selama tiga hari terombang-ambing di Selat Malaka," tutur Afrizal, lemah. Pria yang kulitnya terbakar matahari selama tiga hari itu, hanya bisa berbicara lirih.

Bayangan wajah Budi dan dua orang temannya lagi, Sulik dan Wahyu, terus bergelayut di benaknya. "Saya tak tahu, apakah kedua teman saya itu masih hidup," ujar Afrizal, lirih.

Saat ditemui BATAMTODAY.COM di kamar nomor 208 ruang inap Cendana Rumah Sakit Budi Kemuliaah (RSBK) Seraya
Batam, pria asal Sumatera Barat itu terbaring lemah. Kesehatannya belum sepenuhnya pulih. Dehidrasi hebat yang dialaminya selama tiga hari itu, telah menyedot semua kekuatan fisiknya.

Afrizal seorang diri, tak ada keluarga yang menemani. Di kamarnya, hanya ada Aryo, salah satu karyawan PT Serasi Siping Indonesia (S5) Asia, klien PT Wellard Ship selaku pemilik kapal MV Ocean Outback yang menyelamatkan nyawanya.

Meski tidak mengalami cedera pada bagian dalam tubuhnya, namun kulitnya sudah berubah gelap karena terbakar sinar matahari. Ia juga masih sulit untuk menjawab pertanyaan wartawan karen kondisinya yang masih memerlukan istirahat total.

Berlayar mencari ikan, adalah pengalaman pertamanya. Ia juga tidak mengira akan mengalami kejadian seperti ini. "Saat mengapung dengan bantuan viber, hanya satu yang saya ingat, yakni Allah. Tanpa berhenti, adzan saya kumandangkan dan diselingi zikir," tutur Afrizal, Kamis (21/7/2016).

Petaka ini bermula saat pada hari keempat Lebaran Idul Fitri 1437 Hijriah, Sabtu (9/7/2017), Afrizal berangkat bersama tiga rekannya, Sulik, Wahyu dan Budi untuk berlayar mencari ikan dengan kapal kayu yang dilapisi bahan viber.

Dari hari pertama hingga hari ke sembilan berlayar, situasi di atas kapal masih bisa dikendalikan. Namun memasuki hari ke sepuluh saat ia berniat berlayar kembali ke Belawan, tiba-tiba hujan dan badan menyerang. Kapal mereka diterjang ombak tinggi, hingga membuat kapal tersebut terbalik.

"Posisinya saya bersama Budi yang merupakan tekong kami berada di dalam kapal. Begitu kapal terbalik, kami berusaha keluar degan cara memecahkan kaca kapal. Sementara rekan saya Sulik dan Wahyu sudah duluan keluar dari kapal," tuturnya.

Expand