Potret 'Pokok Jengkol' yang Makin Gemerlap
Oleh : Harun Al Rasyid
Senin | 29-02-2016 | 08:00 WIB
psk.jpeg
Ilustrasi Pekerja Seks Komesial. (Foto: Ist)

POKOK adalah pohon. Sedangkan Pokok Jengkol, bukanlah pohon jengkol. Tapi, ini adalah nama tempat mangkal para pekerja seks komersial di kawasan Sagulung, Kota Batam. Dalam beberapa minggu terakhir, Pokok Jengkol itu makin gemerlap. Siapa yang meramaikan? Berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Harun Al Rasyid Leutuan yang memotret gemerlap Pokok Jengkol di malam hari.  

Ada yang tak akan pernah bisa punah. Salah satunya adalah pekerja seks komersial (PSK). Makhluk yang satu ini, terus tumbuh dan tumbuh lagi. Memberangus tempat mangkal mereka, bukan berarti lonceng kematian. Tapi, hanya memindahkan lokasi "pertempuran" mereka saja. Salah satunya adalah Pokok Jengkol. 

Bahkan, ancaman penyakit HIV/Aids sama sekali tak membuat mereka takut. Begitu juga halnya dengan para "konsumen" para PSK itu. Jumlah mereka tak pernah surut. Dengan berdalih telah berlindung pada karet tipis, mereka pun terus melaju tanpa ragu.   

Dalam sebulan terakhir, aktifitas gemerlap di Pokok Jengkol Sagulung kian ramai. Para wanita pramusyahwat terus berdatangan dan makin ramai saja. Wajah-wajah segar mulai berdatangan, entah dari mana mereka. Yang pasti, kehadiran "daun segar" memberi kontribusi makin gemerlapnya lokalisasi kelas pinggir jalan itu. 

Kini, ketika kita memasuki kawasan depan PT Batam Marina Shipyard (BMS), tepatnya di pelataran rumah-rumah liar itu, sudah terlihat ramai. Kita pun disambut ramah dan senyum menggoda para wanita berpoles make-up tebal. "Abang sayang, kemari dong," sapa seorang wanita berpakain seksi, saat BATAMTODAY.COM melintas di Pokok Jengkol, Minggu (28/2/2016).

Sementara PSK lainnya melancarkan rayuannya dengan memanggil-manggil manja. "Bang buru-buru yah, sinilah dulu, duduk dulu bang, minum dulu yuk," ajak Melati, sebut sajalah begitu. Karena di lokalisasi, nama sama dengan merek rokok atau permen. Tak banyak yang memakai nama pemberian orang tuanya saat menjalankan profesinya itu.  

Melati, wanita berusia 25 tahun itu masih menebar senyum, meski malam telah hamil tua. Sebentar lagi, fatar sidik menyingsing bersama panggilan sholat subuh. Tapi Melati masih saja ceria dengan alis palsunya. Bahkan, ia masih sanggup memuaskan 3 sampai 4 pelanggannya. 

"Belum lah bang, masih belum ngantuk. Masih pengen.... Ayo bang, bentar aja kok," ujar Melati terus menggoda. 

Melati mengaku, dirinya tak seperti wanita lainnya yang lebih menutup diri dalam pergaulan. Kendati baru menginjakkan kakinya di Pokok Jengkol, ia sudah mengenal beberapa tetangga, rekan seprofesi dan telah memiliki beberapa pelanggan tetap. Bahkan, dia beberapa kali diajak "tugas luar". "Masih di sekitar Batam aja bang," aku Melati, soal lokasi "tugas luar"-nya itu. 

Awalnya, tutur gadis kelahiran 1987 itu, dirinya masih pemalu. Namun, lambat laun rasa malu itu disingkirkannya jauh-jauh. Baginya, lebih banyak mengenal orang dan tempat akan mempermudah mendapatkan klien. Apalagi mampu memberikan servis terbaik. Para tamu akan kembali lagi dan lagi berhubungan dengannya. 

"Baru sih di sini sekitar tiga minggu, diajak teman. Di sini temanku ada tiga, tapi lokasinya beda-beda (masih di lokasi Pokok Jengkol, red)," tutur Melati lagi. 

Begitulah aktivitas dunia malam para PSK di bilangan Sagulung Batam itu. Tatapan mata mereka yang nakal 

dengan bujuk rayuan khas mereka, kadang meruntuhkan prinsip dan janji setia seorang suami. Kenikmatan sesaat yang mereka tawarkan di tengah hembusan angin malam, tak jarang membuat iman melemah. 

Apalagi dengan tarif yang lebih miring, dibandingkan beberapa sasana lainya di wilayah Batam, sebut saja di lolalisasi 1001 Malam Sintai, Tanjunguncang, Teluk Bakau Nongsa, Tengki Seribu Batuampar dan beberapa daerah prostitusi terselubung lainya. 

Pria yang membeli jasa "layanan singkat" di Pokok Jengkol didominasi para pekerja kelas bawah. Selain karena tarifnya relatif lebih murah, ternyata kawasan ini menyimpan kisah tersendiri. Bilamana para penikmat jasa ini pandai dalam mengolah sasaran, ia bisa mendapatkan secara gratis. 

"Aman saja itu, kasih dia mabuk sudah habis barang itu. Mau bawa kemana saja bisa, kalau sama-sama mau," ungkap salah satu pelanggan tanpa menyebutkan namanya. 

Sementara itu, menurut Arman, salah satu warga sekitar Pokok Jengkol, bertambahnya jumlah wanita malam itu sudah terlihat sejak 1 bulan belakangan. Aktivitas di lokalisasi liar itu kian padat seiring bertambahnya beberapa tenaga mudah dari beberapa wilayah di Batam dan luar Batam. 

Para pekerja seks itu seperti kutu loncat, hinggap kemanapun yang ia suka dan berpaling bila sudah jemu. "Dulu tak seramai sekarang, masih bisa dihitung. Sekarang sudah kayak kupu-kupunya," ujar Arman menjawab BATAMTODAY.COM, Minggu (28/2/2016). 

Apapun, fakta sudah berbicara. Pokok Jengkol, semakin gemerlap. Dari mana para pekerja seks itu berdatangan, tidak penting. Apakah mereka "alumni" Dolly atau Kalijodo. Faktanya, populasi mereka terus bertambah dan bertambah lagi. Kalau terus dibiar, tak perlu waktu lama untuk melihat Pokok Jengkol bertransformasi menjadi Dolly atau Kalijodo mini. Apakah ini akan dibiarkan saja Pak Wali?

Editor: Dardani