Ormas Batam Beri Dukungan Jihad Lawan Terorisme
Oleh : Redaksi
Rabu | 03-02-2016 | 12:37 WIB
dialog-deradikalisasi.jpg
Dialog deradikalisasi yang digagas oleh Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) Cabang Batam bersama Syabas Hidayatullan dan Forum Pemberdayaan Pesantren (FPP) Kepri di Aula Pesantren Hidayatullah.

BATAMTODAY.COM - Beberapa ormas Islam di Batam beri dukungan jihad melawan terorisme. Aksi dukungan tersebut dituangkan dalam kesepakatan bersama sempena dialog deradikalisasi yang digagas oleh Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) Cabang Batam bersama Syabas Hidayatullan dan Forum Pemberdayaan Pesantren (FPP) Kepri di Aula Pesantren Hidayatullah, Batam, belum lama ini.

Dalam kesepakata bersama tersebut, tertuang beberapa kesepakatan, diantaranya mendukung langkah yang akan diambil oleh Presiden Joko Widodo dalam rangka penangganan aksi terorisme yang ada di Indonesia, penguatan kewenangan terhadap lembaga intelijen Negara, serta dukungan untuk melakukan revisi Undang-Undang nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme sesuai dengan kebutuhan yang dipandang perlu.

Ketua Forum Pemberdayaan Pesantren (FPP) Kepulauan Riau, Rizaldy Siregar, MA yang merupakan salah satu insiator pelaksanaan kegiatan, mengatakan bahwa terorisme adalah musuh bersama. Terorisme telah menganggu stabilitas keamanan serta menganggu kerukunan umat beragama.

“Jihat melawan aksi terorisme adalah sebuah keharusan, apalagi aksi teror selalu diidentikkan dengan Islam, ” katanya.

Rizaldy menambahkan bahwa aksi terorisme kian merebak di tengah-tengah masyarakat. Tindakan terorisme telah menimbulkan rasa ketidaknyamanan melalui serangkaian tindakan tak berperikemanusiaan. Aksi bom bunuh diri, adalah salah satu dari sekian terror yang menganggu keamanan dan kedamaian masyarakat.

“Terorisme adalah sebuah ancaman yang membahayakan umat manusia. Dalam dekade terakhir, Indonesia telah mengalami cukup banyak serangan terorisme yang tidak hanya merenggut korban jiwa dan menimbulkan kerugian material, tetapi juga menyebarkan atmosfer kecemasan dan ketakutan di kalangan masyarakat luas,” jelasnya.

Untuk mengatasi berbagai masalah dan tantangan tersebut, maka sangat diperlukan peran aktif dari seluruh elemen masyarakat. Terutama dalam hal mendeteksi sedini kemungkinan  aktifitas berbau terror yang ada di sekitar.

“Dengan ini Kami, mengutuk keras aksi terror yang terjadi, apapun motifnya. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan salah satu agama tertentu. Kita menyakini  bahwa setiap agama, tidak mengajarkan pemeluknya menebar ketakutan dan rasa tidak aman,” katanya.

Kesepakatan bersama melawan terorisme ini ditandatangani oleh Kompol Firdaus dari Polresta Barelang, H. Zulkarnaen Umar, dari PMB Kota Batam dan Abdul Razak dari akademisi. Selain itu, dukungan ini juga diikuti oleh LDMI cabang Batam dan Syabab Hidayatullah.

Hal senada juga disampaikan oleh Kasat Binmas Polresta Barelang Kompol Firdaus. Ia menyebut bahwa Terorisme selalu dilatarbelakangi dengan sasaran kepentingan barat, memiliki jaringan internasional, memberikan rasa takut dan memberikan dampak yang mempengaruhi persepsi masyarakat Internasional, dan belum efektifnya penanganan jaringan sel-sel terorisme.

"Masyarakat harus berperan lebih pro aktif dalam pencegahan munculnya jaringan terorisme. Modus yang terjadi adalah pelaku kejahatan terorisme tidak pernah menetap lama di lingkungan sekitar kita, maka peran RT dan RW dalam mengawasi dan melayani masyarakat dapat dimaksimalkan," katanya.

Firdaus menambahkan bahwa dalam menjaga ketertiban dan kerukunan di tengah masyarakat, sebenarnya peran masyarakat lebih besar dari pihak keamanan.

"80 persen peran itu ada di masyarakat, 20 persen yakni imbauan, sosialisasi, penyuluhan dan lainnya dilakukan oleh kepolisian. Oleh karena itu kami selalu menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan berbagai elemen masyarakat agar mampu bekerjasama lebih erat dalam menjaga ketertiban di masyarakat," tambahnya.

Strategi penanganan terorisme memiliki 3 pendekatan, yang pertama yakni pendekatan hard melalui tindakan hukum dan law reform, yang kedua pendekatan soft dengan melakukan deradikalisasi, penguatan intelijen dan penanganan potensi terror, dan yang terkahir adalah sstrategi pendekatan smart yakni dialog-dialog terbuka dan kebijakan yang menyentuh lapisan masyarakat terbawah.

Hal yang terpenting dalam penanganan terorisme adalah sinergitas antar aktor-aktor deradikalisasi yang terpusat pada BNPT dibantu oleh Polisi, TNI, Pemerintah Daerah, BIN, Pariwisata, Dinas Pendidikan dan masyarakat serta ulama.

Editor: Dodo