Rusunawa Tanjunguncang, Terluas Tapi Sepi Peminat
Oleh : Harun Al Rasyid
Kamis | 21-01-2016 | 18:10 WIB
IMG_20160121_105737.jpg
Rusunawa Tanjunguncang Batam yang sepi peminat. (Foto: Harun Al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Meski diklaim sebagai rumah susun sederhana (Rusunawa) terluas di wilayah Batuaji, Rusunawa Tanjunguncang yang berdiri di atas lahan 7 hektar itu tetap saja sepi peminat.


Akses jalan dan lokasi yang kurang strategis menjadi penyebab rusun itu tidak menarik bagi masyarakat di sekitar wilayah Batuaji. Rusunawa Tanjunguncang yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, tepatnya di simpang PT Batamec, Tanjunguncang, Batuaji, memiliki 640 kamar dengan luas wilayah sekitar 7 hektar. 

Ketua Korwil Rusun Tanjunguncang, Bambang mengatakan, hingga saat ini masih belum mendapatkan total keseluruhan warga penghuni rusun itu. Diantara 8 blok dengan masing-masing blok terdapat 4 lantai bangunan, masih banyak yang belum ada penghuninya. 

"Ini masih banyak yang kosong, sekitar 70 persen masih belum terisi kamar-kamarnya," ujar Bambang. 

Harga yang ditawarkan per kamar juga, menurut Bambang, tergolong murah meriah dibandingkan dengan ngekos atau mengontrak rumah. Untuk harga per kamar ditentukan sesuai dengan tingkatan lantainya yaitu, untuk lantai 1 yaitu Rp 240 ribu, lantai 2 Rp 225 ribu, lanti 3 Rp 210 ribu sedangkan untuk lantai 4 Rp 195 ribu per bulan. 

"Memang harganya belum termasuk listrik dan air. Tetapi, saya rasa itu sangat ekonomis, dibanding kita ngontrak atau kost," lanjut Bambang. 

Selain itu, peryaratan yang diwajibkan juga cukup enteng dimana bagi masyarakat hanya hanya melengkapi berkas seperti, foto copy KTP, KK bagi yang berkeluarga dan buku nikah, Materi 6000 tiga lembar dan diserahkan dengan map warnah merah. 

Akan tetapi, di balik semua kemudahan yang ditawarkan, masyarakat lebih memilih tinggal di ruli atau indekos di perumahan. Beberapa warga yang ditemui pewarta juga enggan mau pindah walaupun ada wacana terkait memindahkan warga ruli ke rusun tersebut. 

"Tempatnya gak strategis terus mahal jadi malas mau tinggal di situ. Mending tinggal di ruli, tak bayar lagi," kata Efendy, salah satu warga sekitar. 

Pembangunan rusun Tanjunguncang yang sepi penghuni itu semakin menambah banyak daftar bangunan pemerintah kota (Pemko) Batam yang terbengkalai. Padahal, bangunan yang merupakan program dari Pemko Batam dan fungsikan sejak tahun 2010 lalu itu sejatinya bisa menjadi alternatif tempat tinggal bagi warga yang berekonomi menengah ke bawah. 

"Kalau bisa harganya jangan terlalu mahal. Kan masih bayar listrik dan air. Kalau di ruli cukup bayar listrik dan air saja," pungkasnya. 

Editor: Dardani