Kala Teropong 'Mafia' Bidik Kapolda Kepri
Oleh : Hadli
Senin | 11-01-2016 | 08:00 WIB
7674356_20150420113210.jpg
Ilustrasi meneropong. (Foto: Ist)

TEROPONG para "mafia" Kepri, khususnya Batam, saat ini sedang mengarah ke Brigjen Pol Sambudi Gusdian, Kapolda Kepri pengganti Brigjen Arman Depari dan Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah, Wakapolda Kepri pengganti Kombes Pol Fiandar. Apa target mereka? Berikut tulisan wartawan BATAMTODAY.COM, Hadli mengenai manuver para "mafia" tersebut. 


Sesungguhnya, sebelum Surat Telegram Kapolri Nomor ST/2718/XII/2015 dan ST/2719/XII/2015 benar-benar telah diteken oleh Wakapolri Komjen Budi Gunawan, para "mafia" di Batam telah memasang mata dan telinga. Siapa yang bakal terpilih untuk memimpin ribuan polisi di wilayah perbatasan ini. Bagi mereka, sangat penting untuk tahu duluan sosok orang nomor satu Tribrata Kepri itu. Karena dengan begitu, maka mereka dapat menyusun langkah-langkah strategis selanjutnya agar tepat "sasaran". 

Selain itu, teropong mereka juga mengarah kepada Kombes Pol Helmy Santika mantan Kasubdit I Dittipideksus Bareskrim Polri yang bakal duduk menjadi orang nomor satu di Polresta Barelang Batam menggantikan Kombes Asep Safruddin yang akan menduduki posisi barunya, Dirresnarkoba Polda Banten. 

Sejumlah sumber BATAMTODAY.COM di Polda Kepri membisiki, saat ini para "mafia" itu sedang mencari tahu, kerakter, hobi, kebiasaan dan pertemanan ketiga orang penting tersebut. Targetnya, mengetahui detil siapa sebenarnya mereka. Karena dengan begitu, sejumlah agenda tersembunyi dapat diupayakan dilakukan untuk melindungi bisnis hitam mereka. "Para mafia-mafia itu sekarang masih mencari tahu karakter Kapolda dan Wakapolda Kepri yang baru," ungkap sumber tadi. 

Banyak jalur yang mereka gunakan untuk sampai ke Kapolda Kepri yang baru. Mulai dari melalui teman seangkatan, teman hobi sepermainan bahkan teman kecil atau sanak familinya. Dari mereka, berbagai info akan dikorek dan dikumpulkan. Dengan begitu, mereka akan menemukan "pintu masuk" mendekati Kapolda Kepri dan kedua orang penting tersebut di atas. 

Kemudian, berdasarkan informasi itu, jurus-jurus jitu untuk memanjakan para pemimpin yang baru itu dimainkan. "Bisa saja melalui jalur orang-orang yang berpolitik, atau pengusaha," tambah sumber berseragam coklat itu lagi.  

Di Kepri, para mafia itu adalah termasuk sindikat peredaran narkoba di tempat hiburan malam. Para pengoplos minuman keras bermerek terkenal. Pelaku pembajakan cakram DVD dan DV. Para penyelundup orang dan barang melalui perairan Kepri. Para pengusaha judi berkedok gelanggang permainan (Gelper). Para perusak lingkungan baik pembalakan hutan maupun penambang pasir darat. Serta beberapa kalangan lain yang menikmati manisnya bisnis hitam di Batam dan Kepri. 

Mereka itu, tambah sumber tadi, telah lama menuai kemakmuran bersama para oknum penegak hukum yang tergiur akan kemewahan duniawi. Buktinya, sepanjang perjalanan kegiatan penggerebekan diskotik di Batam, tidak pernah berhasil menyentuh para bandar dan sindikatnya. 

Selalu saja hanya pengunjung yang ditumbalkan. Para bandar dan jaringannya selalu selamat dan terlindungi. Seolah mereka sudah tahu, kapan ada operasi penggerebekan dan apa yang harus mereka lakukan. 

Lalu, para "mafia" miras oplosan juga selalu melenggang, tidak pernah tersentuh. Padahal, aparat tahu persis siapa pemiliknya. Demikian pula halnya dengan pembajakan cakram VCD dan DV. Alasan delik aduan menjadi tameng aparat kepolisian menutup mata pembuatan yang berada di Batam. 

Kemudian, kegiatan penyelundupan orang yang terjadi terang-teranga di depan mata, juga seolah dibiarkan begitu saja. Hanya sesekali saja dilakukan penggerebekan. Seakan untuk menunjukkan kepada publik, bahwa aparat penegak hukum masih ada di Batam. 

Selebihnya, mereka seakan menutup mata hati membiarkan saudara-saudara kita dikirim ke Malaysia untuk dijadikan "budak" dan "bidak" dalam siklus industri dan prostitusi. 

Bukan sekali dua mereka yang kembali ke Indonesia dari Malaysia dengan membawa derita. Mulai dari tidak digaji, dipekerjakan sebagai pekerja seks sampai dengan diperas hasil keringat mereka. Media juga banyak menyimpan arsip berita mengenai penderitaan mereka itu. Tapi entah mengapa, kegiatan ini dibiarkan begitu saja. Dasar mafia!

Alasan keterbatasan anggaran untuk menampung atau menanggani para TKI ilegal dan wilayah Kepri yang parairannya sangat luas, menjadi jurus berkilah untuk menghalangi aksi penegakan hukum kepada pelaku. 

Kasus pembalakan hutan dan kejahatan pengrusakan lingkungan juga menjadi persoalan tersendiri untuk perkembangan Provinsi Kepri. Mereka seolah bebas melakukan perbuatannya. Padahal, kejahatannya sudah diketahui masyarakat banyak. 

Selanjutnya, perjudian begkedok gelper. Menggunakan mesin ketangkasan elektronik pemilik, para pengusaha gelper dapat mengelola tanpa jeratan hukum. Mereka bebas mengelola bisnis itu, walaupun tanpa mengantongi izin lingkungan. Dan aksi suap oknum aparat penegak hukum yang terjadi selama ini diduga masih terus berlangsung untuk melanggengkan bisnis gelper mereka. 

Akibatnya, titik-titik gelper makin menjamur. Izin gelper yang dikeluarkan Pemo Batam juga menjadi tameng polisi di Kepri untuk tidak menindak mereka. Dengan catatan, tidak ada pihak yang meributkan lokasi gelper tersebut. Maklum, mereka melakukan berbagai cara untuk melindungi gelpernya, karena setiap bulan miliar rupiah mengalir dari bisnis ini. 

Semoga, melalui tulisan ini, manuver para "mafia" membidik para pejabat Polri di Kepri itu menghadapi barikade. Sebab, Polda Kepri sudah mengingatkan masyarakat agar jangan mudah percaya kepada semua pihak yang mengatasnamakan Kapolda, Wakapolda atau pun Kapolres Barelang, lalu meminta uang dan sebagainya. Jangan percaya!


Selamat datang Brigjen Sambudi Gusdian, Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah, Kombes Pol Helmy Santika, Kombes Pol Budi Suryanto (Dirreskrimsus Polda Kepri), Kombes Pol Iman Wahyudi (Dirsabhara Polda Kepri) dan semua personil baru jajaran Polda Kepri. 

Selamat bertugas, ayo berantas "mafia" di Kepri!

Editor: Dardani