PWI Kepri-FH Unrika Buka Wawasan Mahasiswa terhadap Bahaya Komunis
Oleh : Harun al Rasyid
Rabu | 23-12-2015 | 08:39 WIB
IMG_0883.JPG
Ketua FKUB Kepri, Razali Jaya menyampaikan paparannya mengenai bahaya komunisme bagi indonesia. (Foto : Harun Al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Kampus Unrika (Universitas Riau Kepulauan) Batam, bekerjasama dengan Fakultas Hukum (FH) Unrika Batam. 

Diskusi publik yang mengangkat tema, “Peran Masyarakat dan Media Massa Dalam Memutus Mata Rantai Komunisme Gaya Baru (KGB) di Provinsi Kepri”. Hadir sebagai narasumber, Drs. H. Razali Jaya, M. Sy, Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kepri, Pristika Handayani, SH. MH, (Dekan Fakultas Hukum Unrika Batam), Eddy Prasetyo (Penasehat GP Ansor Kota Batam) dan Richard Nainggolan (Sekretaris Dewan Kehormatan Ketua PWI Kepri/Wakil Pemimpin Redaksi Harian Tribun Batam). 

Pada kesempatan itu, Kepala Kesbangpolinmas Provinsi Kepri, Safri Salisman menggantikan Penjabat Gubernur Kepri mengatakan, Di dunia ini ada dua kekuatan poros super power, Tiongkok dan Rusia yang sama-sama beraliran komunis. Poros lainnya adalah Amerika Serikat dan sekutnya yang berpaham liberalis.  Dulu kita berada diantara mereka, komunis dan liberalis, dan kita tidak berpihak kepada salah satunya. Kita punya ideology sendiri, Pancasila. “Kini sudah ada orang-orang yang berusaha mengajak kita untuk bergabung dengan salah satu aliran tersebut,” ujar Safri Salisman di hadapan para mahasiswa dari berbagai universitas di Provinsi Kepri. 

Ketua panitia FGD, Dedy mengatakan kegiatan ini merupakan agenda rutin bulanan PWI Kepri dengan berbagai tema diberbagai kampus di Kepri. Namun, diskusi kali ini mengambil tema 'Peran Masyarakat dan Media Massa dalam Memutus Mata Rantai Komunisme Gaya Baru di Kepri'.

"Acara ini merupakan agenda akhir tahun yang diselengarakan atas kerja sama antara PWI Kepri dan Pihak Kampus Unrika Batam," kata Dedy kepada BATAMTODAY.COM, Selasa (22/12/2015).

Sebelumnya kata Dedy lagi, PWI Kepri juga melakukan kegiatan yang sama di Kampus Politeknik Batam dengan tema ISIS. Mengenai tema ujar Dedy yang sekaligus menjabat sebagai bendahara PWI Kepri itu ditentukan sesuai dengan isu publik yang berkembang di Indonesia. Kemudian dikhususkan lagi cakupannya di wilayah Kepri.

Diskusi kali ini, dipilih tema komunis gaya baru. Sebab indikasi merebaknya benih-benih komunis modern, sudah santer beredar di masyarakat. "Ada kelompok yang tidak secara langsung menamakan dirinya komunis, namun cara dan indikasinya mengarah kepada sejarah Komunisme jaman dulu," terangnya.

Mereka katanya lagi, berusaha mempengaruhi paradigma masyarakat, khususnya anak muda (mahasiswa-red) untuk berfikir secara radikal dengan menganggap Pancasila adalah salah. "Sasaran Komunis model ini, membidik orang muda. Kemudian membentuk kelompok-kelompok. Kalau sudah besar, baru beraksi seperti tahun-tahun lalu," ujarnya.

Dia berharap, dengan diadakanya diskusi seperti ini, masyarakat khususnya kaula muda agar berhati-hati dengan adanya kelompok komunis gaya baru. Apalagi anak muda jaman sekarang, sedikit lebih buta tentang masalah sejarah komunis pada masa penjajahan dan pasca penjajahan.  "Masyarakat yang tahu hal itu dapat merusak tatanan bangsa, sebaiknya melapor ke pihak kepolisian," ujarnya.

Sementara itu, salah satu peserta diskusi, Ramli merasa sangat antusias dengan adanya FGD yang digagas PWI Kepri. Sehingga bisa membuka cakrawala berfikir kaum mahasiswa tentang sejarah jaman dulu. Namun, mahasiswa semester 3 jurusan Ilmu Hukum Unrika ini merasa belum puas dengan diskusi kali ini. Ia masih mempertanyakan model dan gaya seperti apa yang dimaksud, untuk menunjukkan indikasi komunis gaya baru itu.

"Saya merasa tidak puas, sebab pembahasannya belum ke inti. Gaya baru seperti apa yang dimaksud dan model serta indikasinya itu seperti apa? Ini masih belum dijelaskan secara gamblang," ujar mahasiswa asal NTT tersebut setelah selesai diskusi.

Ramli berharap, diskusi seperti ini bisa diadakan lagi meskipun diadakan secara non formal seperti diskusi warung kopi. "Kalau bisa ada kelompok lagi untuk diskusi lanjutan tentang ini. Sebab ini menarik dan perlu penjelasan lagi secara luas," pungkasnya.

Editor: Udin