Saat Dedikasi Guru Masih Dipandang Sebelah Mata
Oleh : Ahmad Rohmadi
Sabtu | 28-11-2015 | 10:58 WIB
Ki_Hadjar_Dewantara_Quotes.jpg
(Sumber foto: twitter.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - "Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup dalam sanubariku, semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku, sebagai prasasti terimakasihku untuk pengabdianmu".

Lagu Hymne Guru di atas, tentu sudahlah tidak asing lagi didengar oleh siapapun yang pernah merasakan duduk dibangku sekolah untuk menuntut ilmu pengetahuan baru dalam hidup.

Sebuah lagu yang diciptakan oleh almarhum Sartono itu, juga tak jarang dinyanyikan oleh para siswa dan siswi dari sekolah dasar sampai tingkat menengah atas.

Kalimat di setiap baitnya yang memberikan pesan sebuah makna dan menggambarkan bagaimana jasa seorang guru tidak akan bisa digantikan dengan apapun, meskipun mereka sudah terbiasa dikenal dengan sebutan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa".

Lantas bagaimanakah kesejahteraan hidup mereka?

Pemerintah melalui Keputusan Presiden No. 78 Tahun 1994 telah menetapkan  bahwa tanggal 25 November merupakan kelahiran sebuah organisasi besar yang bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dimana para anggotanya merupakan para guru yang ada di Indonesia.

Itu artinya, beberapa hari lalu para guru di Batam bahkan mungkin diseluruh pelosok negeri nusantara ini berbahagia ria merayakan hari ulang tahunnya. Berbagai acara kegiatan seperti upacara, perlombaan pun diadakan bersama anak didiknya disekolah.

Bersama dengan HUT PGRI ke-70, khusus di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) para guru akhirnya bisa mencairkan dana insentif yang diberikan oleh pemerintah Provinsi setelah sekitar lima bulan mengalami keterlambatan.

"Iya, untuk insentif yang sempat tertunda sudah bisa dicairkan pada hari ini pas HUT PGRI," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri, Yatim Mustafa usai upacara peringatan HUT PGRI di Engku Putri, Rabu (25/11/2015).

Defisitnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Kepri tahun anggaran 2015 diduga menjadi penyebab kenapa insentif yang biasanya diberikan dua kali dalam setahun tersebut disalurkan tidak tepat waktu.

Tidak banyak memang hanya Rp 855 ribu per enam bulan sekali yang diterima setiap guru, namun jika diakumulasikan Pemprov Kepri harus mengeluarkan Rp 76 miliar untuk insentif tersebut.

Kendati demikian, permasalahan itu telah berlalu di hari ulang tahunnya seolah para guru di Kepri mendapat kado dengan cairnya insentif yang tidak menyentuh angka Rp 1 juta itu.

Dan kini para pendidik anak bangsa tersebut harus menunggu kebijakan baru dari pemimpin baru yang akan memimpin lima tahun kedepan, apakah insentif itu akan tetap diberikan pada tahun depan atau berhenti di tahun 2015.

"Untuk tahun depan belum bisa dipastikan karena ini kan menyangkut keuangan, jadi tergantung kebijakan dari Gubernur dan DPRD. Tapi kalau uang kita ada kenapa tidak," jelas Yatim Mustafa pada waktu itu.

Membahas permasalahan kesejahteraan guru memang tidak akan tahu kapan akhirnya, meskipun sudah banyak guru yang hidup layak dengan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tapi ternyata itu baru bisa dirasakan sebagian guru saja.

Guru honorer Kategori 2 (K2) contohnya, nasibnya pun sampai saat ini belum ada kejelasan untuk diangkat menjadi PNS atau sampai nanti berstatus menjadi guru honorer padahal tak sedikit para guru tersebut sudah mengabdi belasan dan mungkin juga ada sampai puluhan tahun lamanya.

Pemerintah seolah tidak serius untuk menyelesaikan masalah ini, Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi sampai detik ini juga tidak mengeluarkan kebijakan pasti, bagaimana dan seperti apa nasib guru honorer K2 tersebut.

Sementara Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan selaku Pemerintah Daerah (Pemda) juga tidak mampu berbuat banyak untuk memperjuangkan nasib ratusan guru K2 di Batam.

Kalau sudah begitu, kemanakah mereka harus mengadu, jika para pemimpinnya tak mampu lagi menyelematkan dan memberikan kenyamanan dengan berbagai alasan yang selalu disampaikannya.

Ironis memang, sosok-sosok pendidik penerus bangsa, seperti hanya dipandang sebelah mata oleh para pejabat di Kota Industri ini, padahal diakui atau tidak gurulah yang mempunyai peran penting menciptakan sumber daya manusia untuk membangun bangsa. 

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Maju terus guru Indonesia !!!