Pelatihan Wartawan Ekonomi Sumbagteng di Lagoi, Bintan

Wartawan Ekonomi Jangan Takut Angka-angka
Oleh : Roni Ginting
Rabu | 25-11-2015 | 15:46 WIB
pelatihan-wartawan-ekonomi.jpg

BATAMTODAY.COM, Batam - Zaman terus berubah. Di era internet saat ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi dari seluruh belahan dunia dengan sangat cepat sehingga dapat mengubah cara orang dalam berpikir dan bertindak.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri tatanan jurnalistik sekarang ini telah terganggu oleh sosial media. Main stream media "disaingi" media sosial.

Hal itu disampaikan Muhamad Ihsan , Pemimpin Redaksi Warta Ekonomi saat memberikan materi pelatihan wartawan ekonomi Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) yang digelar Bank Indonesia (BI) di Aula Bintan Lagoon Resort, 23-25 November 2015.
 
Namun disayangkan, sosial media sering kali terlalu lebay, banyak tanpa konfirmasi, terlalu cepat menyebar sebelum terbukti benar dan acap kali dipakai untuk penyebaran teori konspirasi. Bahkan banyak informasi di socmed adalah hoax.

Dicontohkannya, makan mi instan dan cokelat bersamaan bisa menyebabkan keracunan, minum air dingin usai makan picu kanker, sesuap lele mengandung 3000 sel kanker, makan bayam dan tahu bersamaan bisa picu kista dan banyak lainnya.

"Tapi ada juga akun-akun sosial media yang punya otoritas tinggi dalam artian diakui oleh publik," kata Ihsan.

Sedangkan untuk posisi media mainstream, punya akses ke otoritas tertinggi, memiliki kode etik jurnalistik serta wartawan memiliki standar kompetensi yang dikeluarkan Dewan Pers.

"Perusahaan juga diakui Dewan Pers dan dilindungi oleh Undang-undang Pers," ungkapnya.
 
Ia melanjutkan, berita seringkali disebut juga sebagai “literature in hurry,” alias kesusasteraan yang terburu-buru. Tuntutan modern atas berita menjadi kian real time news, lebih cair dan lebih transparan.
 
"Tidak semua peristiwa dapat ditulis sebagai berita. Untuk bisa menjadi berita, suatu peristiwa haruslah memenuhi kriteria tertentu atau dikenal sebagai nilai berita (news values)," terang Ihsan.

Sedangkan untuk Jurnalisme Ekonomi dan Keuangan, ia menerangkan bagaimana menulis berita ekonomi menjadi mudah. Hal yang perlu diketahui bahwa Ilmu Ekonomi bukanlah ilmu pasti, melainkan ilmu sosial karena ekonomi yang benar berdasarkan moral (kapitalisme). 

"Jangan takut terhadap angka-angka melainkan buat angka menjadi sesuatu yang mudah dibayangkan," ujar Ihsan.

Adapun definisi dasar dari Economic/business journalism berdasarkan Wikipedia adalah cabang jurnalisme yang menjejak, merekam, dan menganalisis serta menginterpretasi perubahan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Adapun karakteristik berita ekonomi / bisnis / keuangan yakni fakta lebih terukur misalkan kurs rupiah terhadap USD, tingkat inflasi dan lain-lain. 

"Kemudian presisi data menjadi sangat penting, narasumber yang otoritatif serta standar tetap 5 W + 1 H, kalau TV tambah faktor 'wow'," terangnya.
 
Dalam menyiasati angka dalam penulisan berita ekonomi terlebih dahulu harus memiliki spirit bahwa angka merupakan alat komunikasi. Gunakan perbandingan yang mudah dimengerti, berpikir visual dan apabila angkanya detil, bulatkan tapi tanpa mengurangi makna/substansi.

Ia juga menjelaskan tentang kiat menulis berita yang baik diantaranya wartawan melakukan pemetaan narasumber. Misalkan Regulator (BI) Pusat ata daerah. Kemudian lembaga terkait seperti OJK, Kementerian Keuangan, Kemenko Perekonomian dan DPR di Komisi XI.

"Yang penting harus diperhatikan itu otoritatif narasumber pengamat dicari pengamat yang kompeten dan memahami permasalahannya," ujar Ihsan.

Editor: Dodo