Kapal Penyedot Pasir Ilegal Operasi di Jembatan I Barelang
Oleh : Hadli
Sabtu | 14-11-2015 | 11:25 WIB
IMG-20151113-00015.jpg
Aktivitas kapal pengeruk pasir laut saat sedang menurunkn pipa besar penyedotan pasir laut di Barelang. ABK mereka merupkan WNA. (Foto: Hadli)

BATAMTODAY.COM, Batam - Larangan ativitas penambangan pasir laut selama ini tidak menyurutkan segelintir orang untuk mengambil keuntungan pribadi, dengan merusak ekosistem alam bawah laut. 


Terbukti, sebuah kapal isap pasir laut tampak beroperasi di sekitar perairan Jembtan I Barelang Batam sejak sepekan ini. Kapal berbendera Indonesia dengan nama lambung "Pusaka" itu beraktivitas di wilayah tangkapan nelayan. 

"Selama ini tidak ada pemberitahuan dari pemerintah maupun aparat terkait aktivitas ini. Kita sangat menyayangkan, dan kenapa kapal ini bisa beroperasi dengan leluasa. Ke mana semu aparat kita," ujar Sekretaris Gerakan Pemuda Hinterland (GPH), Norimat saat berada di atas kapal tersebut, Jumat (13/11/2015).

Ketika itu, 7 sampai dengan 10 orang pekerja sedang melakukan aktivitas pemancangan pipa besar ke dasar laut. Seluruh pekerja itu merupakan orang asing, tidak satu pun dari mereka yang bisa berbahasa Indonesia. 

"Kita tidak bisa berkomonikas dengan mereka (pekerja asing). Karena satu pun tidak ada yang bisa berbahasa Indonesia. Yang menjadi pertanyaan kita bersama, kapal ini berbendera Indonesia, artinya ada orang Indonesia yang memberikan perintah," ujarnya kembali. 

Sepengetahuan warga sekitar, kapal datang ke titik yang berada di belakang Pulau Panjang, Rabu (12/11/2015) sekitar pukul 15.00 WIB. Begitu tiba di lokasi, kapal itu langsung memancangkan pipa berukuran besar ke dasar laut. 

"Begitu kita mengetahui ada kapal ini, kita langsung datangi. Tetapi tidak ada yang bisa dikonfirmasi mengenai kegiatan kapal ini," katanya.

Dengan beraktivitas kapal itu, menurutnya, titik koordinat penyedotan pasir merupakan wilayah tangkapan sejumlah nelayan di Barelang. Dengan demikian, ada kapal itu sudah sangat menganggu dan meresahkan masyarakat. 

"Titik koordinat ini juga merupakan jalur pipa gas. Sangat meresahkan bila kapal itu tetap beroparsi. Apalagi kalau sempat terkena pipa gas, akan menjadi masalah baru," tutur Norimat lagi. 

Puluhan nelayan ini sempat menduduki kapal tersebut. Namun tetap tidak mendapat respon yang positif dari pekerja asing tersebut. Mereka tetap beroparsi dengan memancangkan pipa berukuran besar ke dasar laut.

"Kalian buat apa?" teriak nelayan yang berada di atas kapal. Namun, lagi-lagi  pekerja asing itu tetap menjalankan aktivitasnya. Untung, nelayan tidak terpancing dengan sikap para pekerja asing yang tetap bekerja melakukan penyedotan. 

Puluhan nelayan ini embali kedarat, dengan tujuan berkoordinasi dengan aprat terkait, sekaligus mencari tau siapa dalang dibalik pengrusakan ekosistim laut tersebut.

Editor: Dardani