Uji Makanan di Lingkungan Sekolah, BPOM Disebut Pungut Rp 1,5 Juta
Oleh : Hadli
Selasa | 27-10-2015 | 13:42 WIB
gorengan.jpg
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Belum pudar rasa kekecewaan masyarakat kepada Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kepri terkait pengawasan beras diduga mengandung plastik yang marak ditemukan di Batam, kini kekecewaan itu juga muncul dengan adanya pungutan uang Rp 1,5 juta untuk menguji makanan gorengan yang juga diduga mengandung plastik.

Hal itu diungkap oleh Joko, warga perumahan kawasan Botania Garden. Menurutnya, pihak sekolah dasar di wilayah itu membayar atas permintaan dari staf BPOM Kepri di Batam untuk menguji kesehatan makanan yang berada di kantin sekolah. 

"Hasil uji negatif. Tapi proses uji hanya dilakukan di dalam wilayah sekolah, tidak di luar sekolah. Sebab, pihak sekolah tidak punya kewenangan meminta BPOM mengecek makanan di luar pagar sekolah, walaupun harapan itu kuat," katanya kepada BATAMTODAY.COM, beberapa waktu lalu. 

Permintan pemeriksaan oleh pihak sekolah yang dilakukan BPOM, setelah maraknya informasi mengenai dugaan gorengan yang dicampur plastik di sekitar sekolah di Batam. Uang Rp 1,5 juta yang diminta disebut untuk uji laboratorium. 

"Bagi saya lucu sekaligus aneh. Kenapa, seharusnya BPOM melakukan pemeriksaan tidak berdasarkan permintaan. Sebagai pengawasan obat dan makanan seharusnya instansi ini lebih peka dengan kesehatan masyarakat atas makanan yang beredar di tengah-tengah masyarakat," tuturnya. 

Menurutnya, banyak pihak sekolah di Batam yang menghawatirkan kesehatan anak didiknya, karena makanan yang dijual di luar pagar atau sekitar sokolah belum teruji. Apalagi ada dugaan maraknya penjualan gorengan bercampur plastik. 

"Tapi kalau harus membayar apalagi jumlahnya tidak sedikit, Rp 1,5 juta, tentunya pihak sekolah harus berpikir panjang memanggil BPOM. Karena tidak ada anggaran untuk hal itu," katanya kembali. Baca: Waspada! Gorengan Campur Plastik Disinyalir Marak di Batam

Sebagai tokoh masyarakat, ia merasa turut bertanggung jawab. Oleh karenanya, ia meminta kepada pihak sekolah mengambil sikap tegas dengan melarang adanya gorengan yang dijual di depan pagar sekolah. 

"Saya tidak mau mematikan usaha atau mata pencarian orang. Tapi setidaknya berjualan jauh di luar lingkungan sekolah agar kesehatan generasi kita kedepan tetap terjaga. Hanya sampai di situ batas kemampuan saya," paparnya. 

Editor: Dodo