Ekspor Alat Kesehatan Tembus USD 273 Juta, Kemenperin Dorong Kemandirian Industri Nasional
Oleh : Redaksi
Senin | 28-04-2025 | 15:04 WIB
Industri-Alkes.jpg
Ekspor alat kesehatan pada 2024 lebih dari USD 273 juta. (Foto: Kemenperin)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Industri alat kesehatan nasional menunjukkan pertumbuhan positif dan berkontribusi besar terhadap perekonomian, sejalan dengan prioritas pengembangan sektor ini dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya untuk mewujudkan kemandirian industri alat kesehatan di dalam negeri.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, menyatakan alat kesehatan termasuk dalam sektor dengan permintaan tinggi (high demand) dan harus dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat kemandirian nasional.

"Industri alat kesehatan memiliki potensi besar. Kemandirian di sektor ini penting untuk ketahanan nasional," ujar Setia dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (27/4/2025).

Berdasarkan data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), terdapat 393 perusahaan alat kesehatan aktif di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis produk, seperti tempat tidur rumah sakit, alat suntik, tensimeter, hingga ventilator. Selain itu, transaksi produk dalam negeri melalui e-Katalog pemerintah meningkat signifikan, mencapai 48 persen pada 2024.

Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, mengungkapkan ekspor alat kesehatan juga terus mengalami pertumbuhan sejak 2019. Pada 2024, nilai ekspor tercatat lebih dari USD 273 juta.

Untuk memperkuat ekosistem industri alat kesehatan, Kemenperin membentuk Hub Bahan Baku Alat Kesehatan guna menghubungkan produsen dengan penyedia bahan baku lokal. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan daya saing industri domestik dan memperluas dampak ekonominya.

"Kami membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi untuk membangun ekosistem alat kesehatan yang kokoh," jelas Solehan.

Solehan juga menyoroti pentingnya pengembangan alat kesehatan elektromedis, seperti ultrasonografi (USG), yang memerlukan kolaborasi lintas bidang --mulai dari elektronika, permesinan, kedokteran, hingga teknologi perangkat lunak dan uji klinis.

Kemenperin mengapresiasi langkah industri dalam negeri, seperti GE Healthcare, yang berhasil memproduksi USG secara mandiri. Prestasi ini, menurut Solehan, menandakan kesiapan industri nasional untuk meningkatkan kapabilitasnya, mulai dari desain produk hingga produksi massal.

"Kami terus mendorong agar penguasaan desain awal dan produksi alat kesehatan sepenuhnya berasal dari ekosistem lokal," katanya.

Selain itu, penguatan industri komponen dalam negeri, pemanfaatan teknologi digital, dan pengembangan manufaktur cerdas menjadi strategi utama Kemenperin untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi alat kesehatan.

Solehan mengakui, tantangan industri alat kesehatan nasional masih cukup besar, khususnya terkait ketersediaan bahan baku medical grade dan skala produksi yang kompetitif. Untuk itu, perluasan pasar domestik dan ekspor didorong melalui dukungan regulasi, insentif, serta promosi bersama.

"Industri alat kesehatan bukan hanya soal produk, tetapi tentang ketahanan nasional dan kemandirian bangsa untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya sendiri," pungkas Solehan.

Editor: Gokli