Industri Manufaktur Tetap Ekspansi di Tengah Kontraksi Ekonomi Nasional
Oleh : Redaksi
Kamis | 27-03-2025 | 08:04 WIB
Jubir-Kemenperin4.jpg
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief. (Kemenperin)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sektor manufaktur Indonesia menunjukkan optimisme yang kuat di tengah tantangan kontraksi ekonomi nasional. Para pelaku industri masih melaporkan kondisi usaha yang positif, meskipun terdampak dinamika global seperti perang tarif dan ketidakpastian ekonomi. Potensi besar dari permintaan pasar domestik menjadi peluang utama untuk menjaga pertumbuhan sektor ini.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Maret 2025 tetap berada di level ekspansi dengan angka 52,98, meskipun mengalami perlambatan sebesar 0,17 poin dibandingkan Februari 2025 dan turun 0,07 poin dibandingkan Maret tahun lalu.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, menjelaskan bahwa penurunan ini salah satunya disebabkan oleh libur Lebaran yang berdampak pada penurunan produksi di beberapa sektor industri. "Biasanya, perusahaan meningkatkan produksi dua hingga tiga bulan sebelum Ramadan dan Lebaran untuk memenuhi lonjakan permintaan. Namun, mendekati hari raya, penjualan produk makanan, minuman, serta tekstil mengalami penurunan," ujar Febri dalam rilis IKI Maret 2025 di Jakarta, Rabu (26/3/2025).

Dari 23 subsektor industri yang dianalisis, 21 subsektor masih menunjukkan ekspansi dengan kontribusi sebesar 96,5% terhadap PDB industri pengolahan non-migas triwulan IV 2024. Dua subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri furnitur (KBLI 31) serta industri karet, barang dari karet, dan plastik (KBLI 22). Sebaliknya, industri pencetakan dan reproduksi media rekaman (KBLI 18) serta industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional (KBLI 21) mencatatkan ekspansi tertinggi.

Faktor Pendorong Ekspansi Manufaktur

Ekspansi IKI didorong oleh peningkatan pesanan baru, produksi, dan persediaan. Pesanan baru tetap dalam tren ekspansi meskipun melambat 0,88 poin ke angka 53,69. Produksi meningkat 0,66 poin menjadi 51,21, sementara persediaan naik 0,34 poin menjadi 53,86.

Meskipun permintaan luar negeri menurun akibat ketidakpastian global, permintaan domestik masih menjadi pendorong utama pertumbuhan manufaktur. "Momentum Ramadan dan Lebaran berkontribusi pada peningkatan kinerja manufaktur. Namun, dampaknya berkurang akibat masuknya produk impor murah yang membanjiri pasar," kata Febri.

Pentingnya Pasar Domestik untuk Industri Manufaktur

Febri menyoroti empat alasan utama mengapa pasar domestik sangat penting bagi industri manufaktur:

  1. Dominasi Pasar Domestik - Sebanyak 80% produk manufaktur dijual di dalam negeri, dengan pembeli utama berasal dari sektor pemerintah, swasta, dan rumah tangga. Ketika permintaan domestik naik, industri manufaktur ikut tumbuh.
  2. Daya Tarik bagi Investasi Asing - Pasar domestik yang besar menarik investasi global, mendorong pembangunan fasilitas produksi baru di Indonesia.
  3. Sumber Lapangan Kerja - Industri manufaktur menyerap 19 juta tenaga kerja. Jika sektor ini tertekan oleh produk impor, maka ekonomi jutaan pekerja dan keluarganya akan terdampak.
  4. Daya Saing Industri Lokal - Permintaan domestik yang tinggi dapat mendorong industri dalam negeri meningkatkan produktivitas, inovasi, dan daya saing di pasar global.

Optimisme dan Tantangan ke Depan

IKI Maret menunjukkan bahwa 69,2% pelaku usaha masih optimis dengan prospek industri dalam enam bulan ke depan, meskipun angka ini turun 3% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, 24,5% pelaku usaha memperkirakan kondisi tetap stabil, dan 6,3% mengaku pesimis.

Tantangan utama ke depan adalah dampak perang dagang global yang berpotensi menyebabkan masuknya produk manufaktur asing ke pasar Indonesia akibat pembatasan akses ke pasar AS. Untuk melindungi industri dalam negeri, Kementerian Perindustrian menerapkan kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI), Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta relaksasi aturan impor dan kebijakan non-tariff measures.

"Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari gempuran produk impor dan memastikan keberlanjutan sektor manufaktur. Melindungi industri dalam negeri berarti menjaga kesejahteraan 19 juta pekerja yang bergantung pada sektor ini," tegas Febri.

Editor: Gokli