Kontroversi Nama Flyover Sei Ladi, BP Batam Copot Nama Laksamana Ladi Dua Hari Usai Diresmikan
Oleh : Aldy Daeng
Jum\'at | 03-01-2025 | 13:24 WIB
03-01_flyover-sei-ladi_9282726.jpg
Flyover Laksamana Ladi, kini berganti nama jadi Flyover Sungai Ladi. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kontroversi mewarnai proyek jalan layang yang baru diresmikan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam. Dua hari setelah peresmian, nama 'Laksamana Ladi' yang semula disematkan pada jalan layang tersebut akhirnya dicopot.

Proyek jalan layang ini menghubungkan kawasan Batam Center dengan Tiban, Sekupang, dan menelan anggaran sebesar Rp 132 miliar. Flyover ini diharapkan mampu memperlancar arus lalu lintas serta mendukung mobilitas bisnis di Kota Batam.

Namun, penyematan nama 'Laksamana Ladi' menuai protes dari sejarawan Melayu dan Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau. LAM Kepulauan Riau Kota Batam mempertanyakan asal-usul tokoh Laksamana Ladi yang disebut-sebut sebagai pahlawan Melayu dari era Kesultanan Riau-Lingga.

Ketua LAM Kepri Kota Batam, Raja Muhammad Amin, menyatakan pihaknya tidak menemukan catatan sejarah mengenai tokoh tersebut. "Kami tidak mengetahui siapa Laksamana Ladi ini. Penyematan nama yang tidak berdasar sejarah dapat mencoreng warisan tanah Melayu," ujar Muhammad Amin, Jumat (3/1/2025).

LAM meminta BP Batam untuk memberikan klarifikasi terkait pemberian nama tersebut dan melibatkan para sejarawan serta tokoh adat dalam proses penamaan tempat atau infrastruktur yang menjadi ikon Batam.

LAM juga mengingatkan agar nama yang belum terverifikasi secara historis tidak digunakan karena berpotensi menjadi polemik. Contoh serupa di Batam adalah nama 'Simpang Frengky' yang terlanjur melekat di masyarakat meski tidak memiliki dasar sejarah.

Menanggapi kontroversi ini, BP Batam resmi mencopot nama Laksamana Ladi pada Jumat (3/1/2025). Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, mengumumkan nama flyover tersebut diganti menjadi 'Flyover Sungai Ladi'.

"Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Nama tersebut telah kami ganti untuk menjaga situasi kondusif dan menghormati masukan dari masyarakat, khususnya para tokoh Melayu," kata Rudi.

Meski demikian, Rudi menegaskan flyover ini tetap menjadi identitas baru Kota Batam. Selain membantu mengurai kemacetan, infrastruktur ini menjadi langkah strategis untuk mendukung investasi di Batam.

LAM berharap kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Mereka mengusulkan agar semua pihak yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Batam bekerja sama dengan tokoh adat dan sejarawan untuk menjaga keaslian warisan budaya Melayu.

"Sosialisasi dan diskusi bersama harus dilakukan agar penamaan infrastruktur memiliki makna yang tepat dan mendukung nilai-nilai budaya lokal," tegas Muhammad Amin.

Kontroversi ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam menjaga warisan sejarah dan budaya, terutama di kota yang terus berkembang seperti Batam.

Editor: Gokli