Ekonomi Indonesia Menguat, Inflasi Terkendali dan PMI Manufaktur Kembali Ekspansif
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 03-01-2025 | 10:44 WIB
inflasi-terkendali1.jpg
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Kemenko Perekonomian)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Memasuki tahun 2025, perekonomian Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat. Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2024 mencatatkan angka 51,2, menandakan kembalinya sektor manufaktur ke fase ekspansif setelah sebelumnya berada di level kontraktif.

Rebound ini dipicu oleh peningkatan pesanan baru, baik domestik maupun ekspor, serta aktivitas pembelian bahan baku oleh perusahaan.

Sementara itu, inflasi Desember 2024 tetap terkendali pada level 1,57% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan Desember 2023 yang mencapai 2,61%. Angka ini masih berada dalam target nasional 2,5%+/-1%. Kombinasi inflasi yang stabil dan pertumbuhan sektor manufaktur menunjukkan optimisme dunia usaha terhadap prospek ekonomi nasional.

"Kondisi ini mencerminkan prospek positif sektor manufaktur, dengan banyak perusahaan mempersiapkan diri menghadapi peningkatan permintaan di tahun 2025," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, Kamis (2/1/2025), demikian dikutip laman Kemenko Perekonomian.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing sektor manufaktur nasional melalui berbagai kebijakan strategis. Penggunaan bahan baku lokal diprioritaskan untuk mengurangi ketergantungan pada impor, yang dapat memberatkan biaya produksi akibat fluktuasi nilai tukar. Langkah ini diimplementasikan melalui percepatan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam.

Selain itu, berbagai insentif fiskal, kemudahan perizinan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta penguatan riset dan inovasi menjadi fokus pemerintah. Sektor otomotif mendapatkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), sementara sektor padat karya seperti tekstil, pakaian jadi, furnitur, dan makanan-minuman mendapat dukungan berupa subsidi bunga untuk revitalisasi mesin.

"Pemerintah juga mengakselerasi perlindungan industri dalam negeri dari banjirnya produk impor melalui kebijakan safeguard dan antidumping," kata Airlangga.

Stabilitas inflasi sepanjang tahun 2024 tak lepas dari sinergi antara pemerintah dan Bank Indonesia melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Daerah (TPID). Inflasi komponen harga bergejolak (volatile food) dan harga yang diatur pemerintah (administered price) tetap terkendali. Pada Desember 2024, inflasi volatile food tercatat 0,12% (yoy), sedangkan administered price 0,56% (yoy).

Harga pangan seperti beras, bawang merah, dan bawang putih sempat meningkat akibat faktor musiman dan fluktuasi harga global, namun tetap terkendali. Pemerintah juga menurunkan tarif angkutan udara selama liburan Natal dan Tahun Baru, sehingga mobilitas masyarakat meningkat tanpa menambah tekanan pada inflasi.

"Sinergi ini berhasil menjaga stabilitas harga dan memberikan fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Kami akan terus memastikan pasokan pangan yang cukup, stabilitas harga, dan pemulihan sektor vital seperti manufaktur, konstruksi, dan pertanian," tambah Airlangga.

Pemerintah juga memperkuat akses pasar ekspor melalui kerja sama internasional, termasuk rencana bergabung dengan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CP-TPP) dan percepatan perundingan Indonesia-EU CEPA. Strategi ini diharapkan meningkatkan penetrasi produk ekspor nasional di Amerika Latin dan Uni Eropa.

Proyeksi ekonomi yang dirilis Bank Dunia Desember 2024 juga mendukung optimisme pemerintah. Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,1% pada 2024 dan meningkat menjadi 5,2% di 2025.

Meskipun tantangan seperti kenaikan harga komoditas global dan penguatan dolar AS masih membayangi, pemerintah optimis bahwa langkah strategis yang telah diambil mampu memperkuat fondasi ekonomi nasional menuju pertumbuhan yang berkelanjutan.

Editor: Gokli