Transformasi Layanan Kesehatan, Dokter Spesialis Lulusan Luar Negeri Terima STR Seumur Hidup
Oleh : Redaksi
Selasa | 17-12-2024 | 12:04 WIB
STR-Dokter.jpg
Menteri Kesehatan, Budi G Sadikin, dalam acara penyerahan STR di Jakarta, Senin (16/12/2024). (Kemenkes)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Kesehatan, Budi G Sadikin, menyerahkan Surat Tanda Registrasi (STR) Seumur Hidup kepada dokter spesialis Warga Negara Indonesia (WNI) lulusan luar negeri yang telah menyelesaikan program adaptasi. Penyerahan STR ini menjadi tonggak penting dalam upaya pemerataan layanan kesehatan spesialistik di seluruh Indonesia.

"Terima kasih kepada para dokter spesialis yang memilih untuk pulang dan berkontribusi bagi Indonesia. Dedikasi Anda menjadi bagian penting dalam transformasi kesehatan nasional," ujar Menkes Budi, dalam acara penyerahan STR di Jakarta, Senin (16/12/2024), demikian dikutip laman Kemenkes.

Sejak 2022, Kementerian Kesehatan membuka peluang bagi dokter WNI lulusan luar negeri untuk mengikuti program adaptasi berbasis fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes). Program ini dirancang agar dokter spesialis dapat segera bertugas melayani masyarakat, terutama di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan.

Menkes Budi menyoroti pentingnya program ini di tengah krisis tenaga medis. "Seluruh dunia kekurangan dokter, dan Indonesia pun demikian. Banyak masyarakat kehilangan nyawa karena tidak ada dokter spesialis. Kehadiran dokter adaptasi sangat membantu, bahkan banyak daerah berharap mereka bisa menetap," tegasnya.

Penyebaran Dokter Adaptasi di Daerah Prioritas

Hingga Desember 2024, sebanyak 32 dokter spesialis lulusan luar negeri telah ditempatkan di berbagai daerah di Indonesia. Mereka berasal dari tujuh spesialisasi, seperti anak, obgyn, penyakit dalam, dermatologi, bedah plastik, ortopedi, dan spesialis mata.

Beberapa dokter spesialis ortopedi yang telah menerima STR Seumur Hidup antara lain:

  1. dr Einstein Yefta Endoh (lulusan Filipina), bertugas di RSUD ODSK, Sulawesi Utara.
  2. dr Anastasia Pranoto (lulusan Filipina), bertugas di RSUD Cut Meutia, Aceh.
  3. dr Ikhwan (lulusan Malaysia), bertugas di RSUD Dr Fauziah, Aceh.

Menyusul pada akhir Desember, empat dokter lainnya akan segera menyelesaikan adaptasi, termasuk:

  1. dr Kelvin Marwali (Spesialis Penyakit Dalam, Filipina), bertugas di RSUD Palmatak, Kepulauan Riau.
  2. dr Pramanta (Spesialis Penyakit Dalam, Filipina), bertugas di RSUD Kubu Raya, Kalimantan Barat.
  3. dr Lydia Linggawati (Spesialis Penyakit Dalam, Filipina), bertugas di RSUD Zainal Abidin Pagar Alam, Lampung.
  4. dr Andreas Suhartoyo (Spesialis Obgyn, Jerman), bertugas di RSUD Otanaha, Gorontalo.

Selama masa tugas di Fasyankes, para dokter adaptasi mendapatkan insentif berkisar Rp 7 juta hingga Rp 24 juta per bulan. Dukungan ini diberikan sebagai upaya meningkatkan pemerataan layanan spesialistik di daerah-daerah yang paling membutuhkan.

Ke depan, Menkes Budi menargetkan 100-200 dokter spesialis lulusan luar negeri bisa mengikuti program adaptasi setiap tahunnya. Ia juga menegaskan komitmen Kemenkes untuk mempercepat dan memperbaiki proses pendaftaran agar lebih transparan dan efisien.

Kisah Inspiratif dr Kelvin Marwali

Salah satu dokter adaptasi, dr Kelvin Marwali, Sp.PD, lulusan Rizal Medical Center, Filipina, berbagi pengalamannya bertugas di RSUD Palmatak, Kepulauan Riau. Selama dua tahun, dr Kelvin menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan fasilitas medis hingga perbedaan budaya.

"Setiap hari adalah tantangan, tetapi saya bersyukur bisa membantu masyarakat di sini dan belajar dari mereka. Ini pengalaman yang memperkaya karier dan kehidupan saya," ungkap dr Kelvin.

Ia menangani berbagai kasus serius seperti kanker, jantung, stroke, dan uronefro yang sering ditemukan di daerah tersebut. Selain itu, ia aktif berkolaborasi dengan tenaga medis lokal untuk meningkatkan kapasitas layanan kesehatan di wilayahnya.

Menkes Budi mengajak dokter diaspora lainnya untuk mengikuti jejak dokter adaptasi yang telah kembali ke Tanah Air. "Kebutuhan dokter spesialis di Indonesia sangat tinggi. Saya harap para lulusan luar negeri lainnya tergerak untuk kembali dan berbakti kepada masyarakat yang membutuhkan," tuturnya.

Program ini sejalan dengan visi Kemenkes untuk menciptakan akses layanan kesehatan yang merata dan berkualitas demi mencapai Indonesia Generasi Emas 2045. Dengan kolaborasi seluruh pihak, diharapkan sistem kesehatan Indonesia semakin kuat dan inklusif di masa depan.

Editor: Gokli