YGSI di ICSED 2024, Dorong Pendidikan Kesehatan Reproduksi Inklusif untuk Penyandang Disabilitas
Oleh : Redaksi/Alex
Rabu | 13-11-2024 | 16:24 WIB
ICSED-2024.jpg
International Conference On Special Education And Diversity (ICSED) 2024 di Bandung pada 7 November 2024. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Bandung - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) menyuarakan dukungan besar terhadap akses pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang inklusif bagi penyandang disabilitas melalui partisipasinya dalam konferensi internasional perdana International Conference on Special Education and Diversity (ICSED) yang digelar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung pada 7 November 2024.

Mengusung tema 'Promoting Inclusivity in Sexual and Reproductive Health Education for Children with Special Needs', konferensi ini berfokus pada solusi inovatif untuk pendidikan kesehatan yang dapat diakses secara setara oleh anak-anak berkebutuhan khusus.

YGSI menegaskan komitmennya untuk menciptakan akses yang setara bagi penyandang disabilitas, seperti penyandang tunanetra, tunarungu, dan disabilitas intelektual, dalam memperoleh pendidikan kesehatan reproduksi yang inklusif. Langkah ini didorong oleh amanat Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD), yang telah diratifikasi Indonesia, memastikan akses tanpa diskriminasi pada layanan kesehatan, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi.

"Kami percaya bahwa pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas adalah hak setiap individu, termasuk penyandang disabilitas," ujar Ely Sawitri, Direktur YGSI, dalam keterangan pers, Rabu (13/11/2024).

"Partisipasi di ICSED 2024 menjadi langkah penting untuk memperluas implementasi program Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) secara lebih luas dan setara."

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 30 juta penyandang disabilitas di Indonesia sering menghadapi hambatan dalam mengakses informasi kesehatan yang relevan. YGSI telah melaksanakan program PKRS di berbagai lembaga pendidikan, termasuk tujuh Sekolah Luar Biasa (SLB) dan kampus UPI. Di UPI, program ini telah menjangkau 164 mahasiswa dan 73 siswa penyandang disabilitas.

Untuk memastikan materi yang mudah dipahami, YGSI telah mengembangkan modul ramah disabilitas, termasuk video edukasi berjudul 'Disa, Bili, dan Tasnya', yang memaparkan topik-topik mendasar seperti anatomi tubuh, pubertas, dan keamanan diri dengan pendekatan visual sederhana. YGSI juga menyusun Buku Panduan Guru untuk mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa tunanetra dan tunarungu, serta modul untuk pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja dengan disabilitas intelektual.

Sebagai bagian dari kolaborasi strategis dengan UPI, YGSI juga membantu mengembangkan buku panduan untuk jurusan pendidikan khusus, yang berupaya menjadikan pendidikan kesehatan reproduksi sebagai bagian integral dalam kurikulum. Saat ini, UPI telah mengadopsi PKRS sebagai kurikulum wajib di Departemen Pendidikan Khusus (PKH), yang berhasil menghasilkan 32 artikel penelitian dan 61 skripsi, memperkuat peran pendidikan kesehatan reproduksi dalam pendidikan tinggi.

Endang Rochyadi, perwakilan dari UPI, menyampaikan, "Kolaborasi kami dengan YGSI sangat penting untuk membangun pemahaman mahasiswa sekaligus memberikan dampak positif di komunitas penyandang disabilitas."

Dukungan juga datang dari Kementerian Pendidikan, melalui Praptono dari Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar. Ia menyatakan bahwa Kementerian berkomitmen untuk mendukung integrasi PKRS inklusif dalam kurikulum pendidikan tinggi.

"Integrasi PKRS yang inklusif memastikan setiap anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, mendapatkan informasi dan pemahaman yang diperlukan demi kehidupan yang sehat dan aman," ujar Praptono.

Dalam konferensi ICSED 2024, YGSI berharap membuka lebih banyak peluang kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. Joana Lamptey dari Rutgers Netherlands turut menyatakan dukungan mereka, menekankan bahwa kerjasama ini adalah bukti nyata bagaimana kolaborasi internasional dapat menciptakan solusi pendidikan inovatif bagi penyandang disabilitas.

Dengan dihadiri oleh para pendidik, peneliti, mahasiswa, dan penggiat pendidikan, ICSED 2024 merangkul berbagai topik penting, termasuk kurikulum PKRS, intervensi dini, serta penggunaan teknologi informasi dalam pengajaran. Berbagai bahasan ini menunjukkan betapa pentingnya inklusivitas dalam pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Partisipasi YGSI di ICSED 2024 menjadi langkah strategis dalam mewujudkan kesadaran publik akan pentingnya pendidikan yang menghormati hak-hak penyandang disabilitas serta memajukan masyarakat yang lebih inklusif dan adil di Indonesia.

Editor: Gokli