Dugaan Eksploitasi Murid Berjualan di Luar Sekolah, Begini Penjelasan SMKN 2 Batam
Oleh : Aldy
Rabu | 22-05-2024 | 14:24 WIB
SMKN-2.jpg
Kepsek SMKN 2 Batam, Drs Refio, bersama sejumlah guru, saat memberikan penjelasan kepada wartawan terkait dugaan eksploitasi murid berjualan di luar sekolah, Selasa (21/5/2024). (Foto: Aldy)

BATAMTODAY.COM, Batam - SMKN 2 Batam, belakangan ini diterpa isu dugaan eksploitasi murid, dengan menyuruh berjualan makanan ringan produk sekolah ke lingkungan masyarakat (di luar pekarangan sekolah).

Bahkan, para murid dalam menjajakan makanan ringan yang diproduksi sekolah tersebut, tanpa pendampingan guru. Terkadang murid-murid itu harus menghadapi berbagai rintangan, seperti cuaca yang terkadang hujan dan kadang panas terik, kurang disambut masyarat dan lainya sebagainya.

Berdasarkan pengakuan sejumlah orang tua murid (meminta namanya tidak dipublikasi), anak-anak mereka itu merasa terpaksa untuk berjualan makanan ringan yang disuruh pihak sekolah. Sebab, hasil penjualan itu diakumulasikan menjadi nilai, yang apabila tidak mencapai Rp 150 ribu tidak akan mendapat nilai 100.

"Anak saya itu dua kali seminggu (Senin dan Jumat) ada mata pelajaran kewirausahaan. Tetapi faktanya disuruh jualan setiap hari. Mereka juga jualan di luar pekarangan sekolah, ke pasar, ke perumahan dan bahkan ke Ruli. Memang pada awalnya ada pendampingan dari guru, tetapi belakangan ini anak-anak itu dibiarkan jualan tanpa pendampingan," ungkap salah satu orang tua murid SMKN 2 Batam, yang diamini beberapa orang tua murid lainnya, Senin (20/5/2024).

"Ironisnya lagi, anak-anak yang jualannya tak capai target dapat nilai jelek. Hal ini yang membuat mereka jadi tertekan, sehingga memaksakan jualan itu harus habis, baik itu dibeli sendiri, dibeli pihak keluarga dan terkadang para tetangga yang mau membantu," timpal orang tua murid, lainnya.

Tak hanya untuk mendapatkan nilai bagus dalam mata pelajaran kewirausahaan, terkadang anak yang tidak hadir sekolah, juga akan mendapat hukuman untuk berjualan selama dua hari. "Kalau seperti ini, anak-anak itu seperti dijadikan alat untuk sekolah bisa memasarkan produknya, dengan cara apa pun," kesal orang tua murid itu.

Lanjut para orang tua murid itu, persoalan itu sudah pernah mereka pertanyakan langsung ke pihak sekolah dalam forum. Bahkan, pihak sekolah mengaku murid-murid berjualan itu atas sepengetahuan pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kepri.

"Kita bahkan tanyakan, barang yang dijual itu produk siapa, hasilnya untuk siapa dan dasarnya menyuruh anak berjualan itu apa. Penjelasan pihak sekolah dalam forum itu masih sulit untuk kita mengerti, namun ditegaskan dalam forum itu, kegiatan itu selalu dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan hasil penjualan dikelola sekolah," ungkap orang tua murid itu.

Penjelasan SMKN 2 Batam

Kepsek SMKN 2 Batam, Drs Refio, menjelaskan program berjualan produk hasil olahan internal sekolah tersebut merupakan program nasional atau masuk dalam program kurikulum merdeka. Akan tetapi, program tersebut di bawah pantauan langsung sekolah dan sekolah bertanggung jawab penuh atas program tersebut.

"Saat ini SMKN 2 Batam dalam program BLUD, segala sesuatunya kita kelola sendiri," ucap Drs Refio, Selasa (21/5/2024) saat ditemui sejumlah pewarta di SMKN 2 Batam, Jalan Pemuda nomor 5, Legenda Malaka, Batam Center.

Drs Refio melanjutkan, program kewirausahaan ini diatur dengan sistem yang sudah tersusun oleh para guru pendamping. Program ini bertujuan agar para siswa bisa menyusun pola menajemen, mulai dari produksi hingga mode pemasaran.

"Kalau berjualan itu memang program kita, dan wajib ada pendampingan oleh guru. Saya tidak membantah adanya isu yang beredar di luar, kalau ada anak yang berjualan tanpa adanya pendamping. Mendengar isu itu, kita langsung melakukan rapat ke sejumlah orang tua murid, untuk mencari kebenaran informasi tersebut," ungkap Refio.

"Bahkan sampai 700 orang tua murid kita lakukan rapat secara estafet, bagaimana permasalahan itu tidak menjadi fitnah," sambungnya.

Disinggung terkait adanya kewajiban siswa harus menjual habis produk makanan yang dijual, bahkan adanya informasi target harus mencapai nilai penjualan di atas Rp 150 ribu, akan mendapatkan nilai 100, Refio menyebutkan, untuk pemberian nilai itu merupakan motivasi buat siswa. Namun, dia kembali menekankan, tidak ada pemaksaan siswa harus menghabiskan produk yang dijual, apalagi diwajibkan untuk membeli sendiri.

"Dalam ilmu bisnis itu ada target pemasaran. Tetapi tidak ada pemaksaan, apalagi harus dibeli sendiri. Itu tak ada masuk dalam rumus kita. Kalau terkait nilai, siswa sudah berjualan saja itu sudah dapat nilai," sebutnya.

Dikatakan Refio, saat ini hasil produk olahan makanan dari SMKN 2 Batam tengah diminati masyarakat Batam. Hal terbukti, setiap hari hasil produksi makanan dari SMKN 2 Batam selalu mendapatkan orderan atau pesanan, baik dari masyarakat biasa maupun dari instansi.

"Alhamdulillah produksi makanan hasil dari anak-anak kita diminati masyarakat. Baru-baru ini pihak PT Epson ngajak kerja sama, hanya kita sedang menunggu sertifikat halal dulu," pungkasnya.

Editor: Gokli