Banyak Makan Korban, Penyelaman Barang Antik di Perairan China Selatan Harus Ditindak
Oleh : Irwan Hirzal
Senin | 12-12-2022 | 12:52 WIB
barang-antik.jpg
Barang antik dari laut yang diamankan TNI AL saat hendak diselundupkan melalui Bandara Hang Nadim Batam pada Rabu (12/11/2014). (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kematian Anang (50), nelayan Pulau Abang yang tenggelam saat menyelam barang antik di Perairan China Selatan, beberapa waktu lalu masih jadi perbincangan hangat masyatakat pulau. Masyarakat berharap aktivitas eksploitasi barang anti secara ilegal ini segera dihentikan.

"Sangat beralasan karena sifatnya ekspolitasi tentu merugikan negara. Kedua sudah banyak makan korban jadi memang harus dihentikan biar tak ada lagi korban berikutnya," ujar Hasan, masyatakat pulau Bulang, Senin (12/12/2022).

Informasi yang dihimpun di lapangan, penyelaman barang antik atau harta karun di perairan dalam sudah jadi rutinitas sebagian masyarakat di wilayah Kecamatan Galang, khususnya nelayan-nelayan pulau di sana. Mereka terpaksa melakukan karena tergiur dengan upah yang tinggi.

Penyelaman barang antik ini bermodalkan peralatan selam ala kadarnya saja. Pemodal penyelaman disebutkan kolektor barang antik asal Batam. Barang antik dari lautan dalam lokasi kapal karam diangkat kemudian dijual lagi ke peminat barang antik dengan harga yang tinggi.

Parahnya lagi, aktivitas ilegal ini disebutkan sudah banyak memakan korban, karena peralatan selam seadanya. Kecelakaan ini sengaja didiamkan karena banyak pihak terlibat dengan aktivitas tersebut. Sebagian nelayan yang prihatin akhirnya angkat suara berharap Anang adalah korban yang terakhir.

"Harapannya agar ini segera dihentikan. Pengawasan terhadap kegiatan ilegal di laut tidak saja pencurian ikan atau udang, tetapi juga barang antik ini," harap Ijal, warga lainnya.

Seperti diketahui nelayan asal Pulau Abang, Anang (50) dilaporkan tenggelam di Perairan China Selatan pada Minggu (5/12/2022). Korban diduga tenggelam saat mencari harta karun dan barang antik.

Informasi yang didapat, korban selam bersama beberapa penyelam lainnya sebagai orang upahan dari seorang pengusaha di Kota Batam yang memang menampung barang antik. Diinformasikan alat bantu pernapasan korban saat berada di laut dalam macet dan korban terjebak dalam bangkai kapal karam. Korban meninggal karena kehabisan oksigen.

Nyawanya tak tertolong sebab saat dievakuasi ke kapal yang ditumpangi sudah dalam posisi meninggal dunia. "Sudah sering terjadi seperti itu. Penyebabnya macam-macam. Kadang oksigen habis karena kompresor macet, kadang kejepit juga juga di bangkai kapal. Sudah banyak korban cuman jarang terekspose selama ini," ujar sumber di lapangan yang tak mau namanya disebutkan.

Kematian korban tentu jadi duka yang mendalam bagi keluarga dan kerabatnya. Besar harapan warga agar praktik-praktik pengambilan barang antik ilegal yang berisiko seperti ini ditertibkan karena mengorbankan masyatakat atau nelayan pulau yang tergiur dengan upah yang ditawarkan.

"Pengusaha Batam itu yang nyari orang buat nyelam. Dibayar tapi safety-nya kurang. Namanya diupah tentu orang mau-mau saja, apalagi keadaan ekonomi seperti sekarang," ujar sumber itu lagi.

Orang upahan yang menyelam harta karun ini umumnya nelayan di sekitar Batam, sepeti Pulau Abang dan pulau-pulau lainnya di wilayah Kecamatan Galang. Tidak sedikit nelayan yang meninggal dunia karena perburuan harta karun ini.

"Sudah banyak korban, cuman tak pernah mencuat kasusnya," kata sumber.

Editor: Gokli