Bukan Ex-Officio, Tapi Inilah Penyebab Anjloknya Ekonomi Batam
Oleh : Irwan Hirzal
Senin | 17-05-2021 | 15:04 WIB
wirya_purta-silalahi-02.jpg
Anggota DPRD Provinsi Kepri, Ir. Wirya Putra Sar Silalahi. (Foto: BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Ekonomi Batam anjlok bukan karena jabatan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam dijabat secara Ex-Officio oleh Wali Kota Batam, H. Muhammad Rudi. Tapi karena memang dalam dua tahun ini, telah terjadi kontraksi ekonomi global akibat pandemi Covid-19.

Bahkan, posisi ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan kondisi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2020. Yaitu, Indonesia berada di angka minus 2,07 persen, sedangkan ekonomi dunia merosot ke posisi minus 4,30 persen. Semua data di atas bersumber dari BPS, BPS Kepri dan BPS Batam.

Demikian ungkap anggota DPRD Provinsi Kepri, Ir. Wirya Putra Sar Silalahi kepada BATAMTODAY.COM, Senin (17/5/2021). "Faktanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dari pertumbuhan ekonomi dunia yang menyusut sampai ke level minus 4,30 persen," ujarnya.

Di tengah kondisi ekonomi dunia dan Indonesia seperti itu, lanjut Wirya yang juga Wakil Ketua Ikatan Alumni ITB Peovinsi Kepri itu, posisi ekonomi Batam berada di angka minus 2,55 persen, lebih baik dari posisi ekonomi Provinsi Kepri yang merosot di level minus 3,80 persen.

"Ekonomi Batam mempunyai kontribusi 70 persen untuk ekonomi Kepri, artinya pertumbuhan ekonomi di luar Batam masih jauh lebih kecil atau pertumbuhan negatif jauh lebih negatif dari Batam," papar anggota Dewan Pertimbangan Himpera (Himpunan Pengembang Perumahan Rakyat Kota Batam itu lagi.

Lalu, tambah Wirya, kenapa pertumbuhan ekonomi Batam lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi nasional? Ini disebabkan Batam sangat terdampak dengan anjloknya jumlah kunjungan wisatawan manca negara (wisman) ke Batam.

Kasusnya sama seperti yang dialami Provinsi Bali yang juga sangat terdampak ekonominya karena anjloknya jumlah wisman. Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2020 adalah -9,32 jauh lebih terkontraksi dari Batam. Padahal, Bali adalah provinsi terbesar kunjungan wismannya di Indonesia sebelum pandemi, DKI Jakarta posisi nomor 2 terbesar dan Batam menempati urutan ke-3.

"Jadi, memang hampir semua sektor merosot akibat pandemi Covid 19. Sektor perdagangan misalnya, akibat lockdownnnya negara-negara asal barang impor, membuat pengiriman barang terganggu, perdagangan terganggu. Banyak industri juga terganggu produksinya," jelas Wirya lagi.

Berdasarkan angka jumlah kunjungan wisman ke Batam tahun 2019 yang melebihi 1.900.000 wisman. Tetapi, pada 2020 anjlok drastis ke angka sekitar 300.000 wisman. Malahan, mulai April 2020 sampai akhir tahun 2020, hampir tidak turis yang datang ke Batam.

"Jadi, sangatlah mengada-ada, kalau ada yang berpendapat anjloknya ekonomi Kota Batam itu dikarenakan tidak efektifnya jabatan Ex-Officio Wali Kota Batam sebagai Kepala BP Batam," tegas Wirya.

Sesuai pengamatan selama ini, rata-rata setiap wisman yang berkunjung ke Batam membelanjakan uang sekitar Rp 7,6 juta per wisman, maka berkurangnya 1,6 juta wisman, Batam kehilangan pemasukan sekitar Rp 13 triliun. Suatu jumlah yang cukup besar, setara dengan 4 kali APBD Kota Batam.

"Kondisi ini hampir sama dengan kejadian pada semester 1 tahun 2017 lalu. aat itu pertumbuhan ekonomi Batam anjlok sampai 1,04%, dikarenakan ada sekitar 250 ribu pekerja shipyard yang di-PHK dan sekitar seratus lebih industri shipyard mati suri alias tidak beroperasi, karena turunnya harga minyak dunia dari US$ 100- an menjadi US$ 30-an per barrel yang menyebabkan turunnya pemesanan pembuatan kapal pada perusahaan shipyard Batam. Pada saat itu sekitar Rp 11 triliun pemasukan Kota Batam amblas," papar anggota DPRD Provinsi Kepri dari Partai Nasdem itu mengakhiri.

Editor: Dardani