Lebaran Hemat di Tengah Pandemi Corona, Ini Kiatnya
Oleh : Redaksi
Rabu | 20-05-2020 | 15:04 WIB
ilustrasi-mudik.jpg
Ilustrasi. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Setiap lebaran, pengeluaran masyarakat Indonesia umumnya akan membengkak. Entah untuk beli baju baru, kue kering, hingga Tunjangan Hari Raya (THR) bagi saudara dan 'mbak' di rumah.

Namun, kondisi pandemi virus corona atau covid-19 di dalam negeri tampaknya harus membuat masyarakat berhemat. Sebab, pandemi corona belum diketahui kapan akan berakhir, sementara kebutuhan dana bisa jadi tak terduga ke depan.

Untuk itu, masyarakat perlu berjaga-jaga dengan cermat mengelola keuangan, termasuk pengeluaran jelang lebaran. Lantas seperti apa lebaran hemat tahun ini? Pos pengeluaran mana saja yang sekiranya bisa dikurangi?

Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad mengatakan pos pengeluaran mudik merupakan yang pertama kali harus disimpan. Toh, pemerintah menerbitkan larangan mudik pada lebaran tahun ini, sehingga anggarannya bisa tidak digunakan.

Apalagi, pengeluaran mudik biasanya cukup besar karena tidak hanya untuk transportasi menuju kampung halaman, tapi juga untuk akomodasi hingga wisata.

"Jadi sepenuhnya bisa ditabung atau diinvestasikan sementara di reksadana pasar uang, karena masih cukup menguntungkan dan cepat pencairannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan," ucapnya.

Hanya saja, menurut Teja, dana ini mungkin bagi sebagian orang tidak semuanya bisa disimpan karena mungkin ada masyarakat yang masih berharap bisa mudik pada akhir tahun. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah mengalihkan libur cuti bersama lebaran ke akhir tahun.

"Kalau ada yang masih mau mudik, bisa dananya justru diinvestasikan, sehingga siapa tahu di akhir tahun ada penambahan. Yang belum punya dana, ini justru kesempatan karena bisa menabung lebih lama lagi," tuturnya.

Pos pengeluaran lain yang bisa dihemat adalah THR. Menurut Teja, tentu THR pekerja harus tetap diberikan, namun THR kepada saudara mungkin ada yang bisa dikurangi.

"Memang THR-nya bisa transfer, tapi biasanya ada kecenderungan kalau ketemu langsung mau tidak mau beri THR lebih, tapi karena pandemi corona jadi tidak bertemu terlalu banyak orang, ini bisa dihemat," jelasnya.

Kemudian, pengeluaran yang bisa dihemat adalah beli baju lebaran dan kue kering. Sebab, pertemuan dengan sanak saudara tidak akan dilakukan secara tatap muka, sehingga pengeluaran untuk dua hal ini seharusnya bisa dihemat.

"Bahkan rasanya tak perlu beli pun tidak apa berhubung tidak akan ada pertemuan yang sangat besar di lebaran ini, semua orang di rumah," katanya.

Nah, ketika semua pengeluaran bisa dihemat, Teja menyarankan agar dana ini sebagian tetap dipegang secara tunai untuk keperluan mendesak dan bersifat harian. Sisanya bisa ditaruh di reksadana pasar uang, deposito bank, dan saham.

"Intinya ke instrumen yang likuid, sehingga mudah dicairkan. Setidaknya dari 20 persen dana yang tidak digunakan bisa diinvestasikan," imbuhnya.

Sementara emas sekalipun harganya cukup mengkilap di era pandemi corona, namun Teja kurang menyarankan. Sebab, pergerakannya yang cepat naik turun akibat sentimen corona menimbulkan risiko potongan dananya cukup besar antara selisih harga beli dan jual.

Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho menambahkan pengeluaran yang bisa dihemat adalah dana buka bersama selama ramadan. Menurutnya, pengeluaran untuk pos ini mungkin terasa 'sepele', namun siapa sangka kalau makan-makan saat buka bersama di masa normal justru bernominal 'lumayan'.

"Kelihatannya Rp50-100 ribu per buka bersama, tapi frekuensinya cukup sering, jadi sebenarnya bikin 'boncos' juga. Nah, sekarang bisa dihemat, bisa ditabung untuk dana darurat," ujar Andy.

Hanya saja, menurutnya sekalipun semua pengeluaran dihemat, namun Andy mengingatkan agar masyarakat tidak mengabaikan pentingnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari, khususnya yang menunjang imunitas. "Termasuk untuk asuransi kesehatan, minimal BPJS Kesehatan," imbuhnya.

Di sisi lain, ketika pengeluaran sudah bisa dihemat lalu ditabung, Andy mengatakan tidak ada salahnya bila dana ini dikembangkan melalui bisnis. Syaratnya, semuanya terukur, mulai dari modal, pengelolaan, hingga pemasaran.

"Misalnya makanan beku sedang booming, ini bisa jadi reseller untuk tambah pemasukan, tapi lihat pasarnya juga, jangan sampai jadi merugi," pungkasnya.

Sumber: cnnindonesia.com
Editor: Chandra