Bertaruh Nyawa Bertetangga dengan Apartemen Pollux Habibie
Oleh : CR-3
Sabtu | 01-02-2020 | 19:28 WIB
reza-tunjuk.jpg
Reza, warga Perumahan Citra Batam yang menjadi korban robohya tembok pembatas Apartemen Pollux Habibie. (Foto: Paschal RH)

BATAMTODAY.COM, Batam - Tinggal di rumah sendiri, harusnya nyaman dan aman dari segala bentuk ancaman. Namun, tidak dengan warga Perumahan Citra Batam, Batam Center, khususnya mereka yang tinggal di blok paling dekat atau tetangga langsung dengan Mega Super Block Meisterstadt Batam atau Apartemen Pollux Habibie.

Hal ini diungkap Reza, seorang warga Perumahan Citra Batam yang menjadi korban dari insiden robohnya tembok pembatas Pollux Habibie dengan Perumahan Citra Batam, Rabu (29/1/2020) malam. Tembok sepanjang sekitar 100 meter itu roboh di tengah guyuran hujan. Tentu saja berdampak buruk bagi warga yang menjadi tetangga gedung pencakar langit itu.

"Begini bang, dari awal pembangunan kita sudah mewanti-wanti kejadian seperti ini. Namun hal ini tidak digubris pihak manajemen Pollux," kata Reza saat ditemui di depan rumahnya, Sabtu (1/2/2020).

Parahnya lagi, kata Reza, hampir 5 tahun warga Perumahan Citra Batam menyampaikan keluhan melalui Ketua RT 02, namun pihak manajemen Pollux Habibie kurang komunikatif, dan tidak mengakomodir keluhan yang disampaikan warga hingga pagar pembatas roboh.

Tidak hanya itu, terang Reza, selama proses pembangunan berlanjut, beragam masalah kerap dialami warga blok D, terutama saat musim hujan. Adapun masalah yang kerap dialami warga, yakni genangan lumpur yang selalu masuk ke pekarangan rumah mereka.

"Dari insiden ini, saya yang paling terkena dampak. Soalnya rumah saya langsung berhadapan dengan pagar pembatas Apartemen Pollux. Bahkan, mobil saya jadi rusak akibat tertimpa puing pagar pembatas yang roboh," ujar Reza.

Insiden seperti ini, kata dia, bukan kali pertama. Sepanjang tahun 2019 juga pernah terjadi insiden. Kala itu, warga melakukan protes karena proyek pembangunan Megasuperblok itu telah membuat retak tembok di bagian dapur rumah warga.

Permasalahan sekarang, tambahnya, tidak hanya membuat warga mengalami kerugian materil. Namun dengan adanya insiden ini, warga di sekitar juga mengalami gangguan pernapasan akibat banyak sekali debu yang berterbangan dari kendaraan proyek yang melakukan aktivitas pengangkutan tanah pasca jebolnya pagar pembatas.

"Pasca kejadian ini, aktivitas warga di sekitar sangat terganggu dengan lalula langnya truk pengangkut tanah. Paling parah, banyak anak-anak yang mengeluhkan susah bernapas akibat debu-debu yang dihasilkan dari kendaraan tersebut," tutur Reza.

Warga masyarakat di sekitar apartemen, kata Reza, mengharapkan adanya tindak lanjut dari pihak pengembang dan ketegasan dari pemerintah agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

"Dengan adanya insiden ini, seharusnya pihak manajemen Pollux Habibie mencarikan solusi jangka panjang buat kepentingan bersama. Bukan dengan ganti rugi dan membangun ulang pagar pembatas, semua masalah bisa terselesaikan. Masa proyek sebesar ini tidak ada safetynya," herannya.

Ia berharap, Pemerintah Kota (Pemko) Batam juga harus mencarikan solusi untuk menanggulangi kejadian ini. Jangan karena insiden ini, pemerintah seolah-olah cuci tangan, karena Izin Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) terkait proyek ini dikeluarkan oleh instansi pemerintah.

"Ini merupakan salah satu tantangan bagi Pemko Batam, karena merekalah yang yang mengeluarkan AMDAL dari proyek tersebut. Pemko Batam tak boleh abai dalam hal ini," pungkasnya.

Pun demikian, sambung Reza, sejak adanya proyek itu, mereka yang tinggal di blok D Perumahan Citra Batam selalu khawatir akan dampak-dampak lain yang ditimbulkan proyek tersebut. Hanya saja, apa yang mereka sarakan itu tak bisa tergambar di benak pemerintah yang tak kunjung memberikan solusi sejak ada aksi protes warga.

Editor: Gokli