Pagar Pembatas Jebol

Warga Citra Batam Keluhkan Management Pollux Tidak Akomodir Keluhan Warga
Oleh : Redaksi
Kamis | 30-01-2020 | 08:40 WIB
roboh-tembok1.jpg
Penampakan tembok Pollux Habibie pembatas dengan Perumahan Citra Batam yang roboh, Rabu (29/1/2020). (Foto: Nando Sirait)

BATAMTODAY.COM, Batam - Ketua RT 02 perumahan Citra Batam, Batam Center sangat menyayangkan pihak management mega proyek Pollux Habibie kurang komunikatif, dan tidak mengakomodir keluhan warga sehingga pagar pembatas jebol.

Diungkapkan, sejak awal pembangunan tembok pembatas yang berhadapan langsung dengan rumah warga yang berada di blok D, yang menjadi korban rubuhnya tembok pembatas, Rabu (29/1/2020) sore.

"Selama ini kami dari warga hanya bisa komunikasi dengan Bima, kalau tidak salah dia konsultannya. Tapi tidak semua keluh kesah warga dapat tersampaikan dengan baik," paparnya.

Tidak hanya itu, selama proses pembangunan berlanjut beragam masalah kerap dialami oleh warga blok D, terutama saat musim hujan. Adapun masalah yang kerap dialami oleh warga, yakni genangan lumpur yang selalu masuk ke halaman depan warga.

"Warga kerap mengeluhkan mendapat kiriman lumpur, kalau sudah musim hujan," tambahnya.

Ia bahkan menegaskan, bahwa tiga bulan lalu pihaknya juga telah menyampaikan beberapa keluhan warga. Terutama mengenai ketakutan runtuhnya tembok pembatas, yang dapat menimbulkan kerugian material maupun korban jiwa.

Dengan adanya peristiwa ini, pihaknya mengharapkan agar pihak pengembang dapat memberikan perhatian lebih. Terutama dalam memberikan ganti rugi, serta segera membereskan puing yang saat ini menghalangi warga untuk dapat kembali ke kediamannya masing - masing.

"Untuk saat ini kita minta tanggungjawab dari pihak pengembang. Tapi yang pertama agar segera dibereskan puing-puing ini, agar warga dapat kembali ke rumahnya," ujarnya.

Keluhan mengenai pihak management Pollux Habibie, yang tidak komunikatif juga datang dari Edi warga blok D nomor 154 yang mana rumahnya terdampak parah akibat peristiwa tersebut.

Kepada awak media, ia bahkan mengakui bahwa lantai dasar rumahnya terendam air dan lumpur sehingga mengakibatkan kerugian material, mulai dari kendaraan roda dua miliknya, hingga peralatan elektronik miliknya rusak. Bahkan akibat peristiwa tersebut, anak dan ibunya terpaksa mengungsi ke lantai 2.

"Motor habis, peralatan elektronik semua terendam air dan lumpur. Kata anak saya tadi setelah temboknya rubuh, rumah seperti diterjang air bah," ungkapnya.

Edi yang juga berprofesi sebagai kontraktor, bahkan mengeluhkan sikap dari Fera yang diketahui merupakan Legal Manager Mega Proyek Pollux Habibie.

"Dia itu bahkan sombong sekali, susah sekali apabila warga mengeluhkan sesuatu mengenai proyek itu. Padahal kami ini bukan korban pertama dari proyek Pollux," tegasnya.

Sebelumnya, kasus yang berhubungan dengan pembangunan Mega Superblock Meisterstadt Batam atau Pollux Habibie. Terjadi Senin (11/03/2019) lalu, dimana progres pembangunan menimbulkan keretakan di rumah wargaa yang berada di blok O.

Bahkan proyek pembangunan juga menimbulkan ketakutan pada warga, seperti yang diakui Ketua RT 06, Santi yang menyebutkan bahwa kekhawatiran rubuhnya tembok selalu menghantui warga yang berada di blok tersebut.

Tidak hanya itu, bahkan progres pembangunan juga telah dua kali mengakibatkan kerugian material pada rumah warga. Mulai dari tembok rumah warga yang mengalami keretakan, hingga adanya lantai rumah warga yang terangkat dan pecah akibat getaran dari proyek pembangunan Pollux Habibie.

"Sebenarnya ini sudah kedua kalinya, waktu pertama itu yang terdampak parah adalah rumah di ujung itu. Beruntung saja rumah itu masih belum dihuni, dan mereka memang perbaiki lagi. Saat ini rumah itu juga mereka sewa, hingga nanti proyek Pollux itu selesai. Tapi yang saya minta sebagai RT adalah mohon agar pihak pengembang, lebih hati-hati lagi dan jangan timbulkan ketakutan buat warga saya," ujarnya saat itu.

Editor: Yudha