Iran - Amerika Terancam Perang Berdampak Terhadap Ekonomi RI
Oleh : Redaksi
Kamis | 09-01-2020 | 12:16 WIB
demo-as1.jpg
Demonstran membakar bendera AS dan Inggris selama protes menentang atas tewasnya Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, dalam serangan udara di bandara Baghdad, di Teheran, Iran, 3 Januari 2020. Pemimpin Pasukan Quds Garda Revolusi Iran Jenderal Qassem Soleimani diketahui tewas atas serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat. (Istimewa/West Asia News Agency/Nazanin Tabatabaee via REUTERS)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Panasnya suhu politik di Timur Tengah merembet hingga ke Indonesia. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran membuat indeks harga saham gabungan memerah dan kurs rupiah terhadap dolar AS melemah.

Pada penutupan perdagangan Rabu sore, 8 Januari 2020, kurs rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antar bank di Jakarta melemah seiring eskalasi konflik antara kedua negara tersebut. Rupiah ditutup melemah 22 poin atau 0,16 persen di level Rp 13.900 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp 13.878 per dolar AS.

"Pada hari Rabu, Iran menembakkan serangkaian roket ke dua pangkalan udara AS-Irak sebagai tanggapan pertamanya terhadap pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh serangan udara AS," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.

Iran menggempur pangkalan udara Irak Al Asad pada Rabu pagi, 8 Januari 2020 yang menampung pasukan Amerika Serikat. Serangan dilakukan beberapa jam seusai pemakaman Jenderal Iran Qasem Soleimani, komandan militer terkemuka Iran tersebut.

Selain kurs rupiah, indeks harga saham gabungan juga ikut memerah. Pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu, 8 Januari 2020, IHSG ditutup melemah 53,66 poin atau 0,85 persen ke posisi 6.225,69. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 9,19 poin atau 0,91 persen menjadi 1.014,64.

"Pelemahan IHSG hari ini dipicu sentimen konflik di Timur Tengah antara AS dan Iran dimana dini hari tadi Iran balas menyerang basis militer AS di Irak," kata analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Utama di Jakarta, Rabu.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran mengerek pula harga minyak dan emas. Harga minyak melonjak tinggi level US$ 6 5 per barel di New York setelah Iran menembakkan roket ke pangkalan udara AS. Tak hanya harga minyak, harga emas juga ikut meroket. Di Indonesia bahkan harga emas batangan Antam telah mencapai hampir Rp 800 ribu per gram.

Kematian Soleimani menyulut kekhawatiran bahwa konflik Timur Tengah dapat meluas dan menyebabkan pasokan minyak global terganggu. Harga minyak mentah telah naik sekitar 6 persen sejak Amerika membunuh Soleimani dalam serangannya pekan lalu. Peristiwa ini memicu kemarahan pemerintah Iran yang berjanji akan membalaskan kematian Soleimani.

Ancaman perang kedua negara, menurut pengusaha Sofjan Wanandi bisa berdampak buruk terhadap Indonesia. Harga minyak diperkirakan bakal naik yang akan berdampak terhadap subsidi. "Saya harapkan jangan perang. Kalau perang betul, kita juga susah, subsidi kita, kita kan impor minyak banyak sekali," katanya, Selasa, 7 Januari 2020.

Indonesia, ujar Sofjan, masih sangat bergantung pada impor karena cadangan yang sedikit dan negara belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Cadangan kita sedikit, rugi kita. Maka jangan perang. Kalau dia perang kita celaka, subsidi tambah besar," katanya.

Menengok risiko ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani di tempat terpisah menyatakan akan selalu menjaga posisi APBN. "Jadi kita selalu menjaga APBN, ya kita lakukan saja kita akan membuat skenario. Sama seperti waktu 2018 itu juga ada gejolak yang cukup tinggi, tahun 2019 juga gejolak tinggi. Kami akan jaga," kata Sri Mulyani di Gedung Djuanda Kemenkeu, Jakarta, Selasa siang, 7 Januari 2020.

Dia mengatakan kondisi perekonomian dan geo politik selalu menjadi pertimbangan dalam menyusun dan mengelola APBN. Sedangkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengakui bahwa ketegangan di Timur Tengah menyebabkan harga minyak meningkat.

Meski begitu, kata dia, pemerintah akan melihat pergerakan ke depan, karena di APBN 2020 harga minyak diperkirakan US$ 65 per barel. Menurutnya, setiap kondisi akan menjadi perhatian dari pemerintah agar APBN tetap menjalankan tugas dan fungsinya sebagai instrumen menjaga perekonomian. Dia mengatakan setiap bulan akan terus melakukan update APBN.

Hal berbeda diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dia mengaku tak terlalu khawatir akan konflik di Timur Tengah dan dampaknya terhadap perekonomian RI. "Kita lihat saja. Iya (harga minyak) pasti naik, nggak apa-apa. Mereka itu hidup kan ada naik turun. Jangan terlalu heboh," kata Luhut di kantornya, Jakarta, Rabu, 8 Januari 2020.

Sumber: Tempo.co
Editor: Chandra