Limbah Sludge Oil Ancam Perekonomian Masyarakat Belakangpadang
Oleh : Hendra Mahyudi
Senin | 18-11-2019 | 14:28 WIB
petani-rumput-laut-belakangpadang.jpg
Petani Budidaya Rumput Laut Pulau Amad Belanda, Kelurahan Sekanak Raya, Kecamatan Belaka Padang Terancam Gagal Panen Karena Limbah Sludge Oil. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Limbah minyak atau sludge oil yang hampir mencemari seluruh kawasan perairan Belakang Padang Kota Batam, Minggu 17 November 2019 pagi, telah memukul perekoomian masyarakat.

Kenyataan ini tak hanya memperburuk keadaan laut Belakang Padang, namun turut berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar, baik nelayan saja. Termasuk, para petani budi daya rumput laut yang terancam gagal panen lantaran limbah tersebut dapat mengancam ekosistem.

"Pencemaran ini tentunya berdampak buruk terhadap ekosistem laut. Ancaman utamanya tentu dialami nelayan dan petani budidaya rumput laut," ujar Azhari, Ketua DPD Pospera Provinsi Kepri, Senin (18/11/2019) pagi ini.

Persoalan pencemaran pada dasarnya telah diatur dalam beberapa peraturan, di antaranya Undang-Undang (UU) RI 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP (Peraturan Pemerintah) RI 20/ 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan PP RI 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Hal lainnya ini juga tercantum dalam PP 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan/atau Perusakan Laut serta PP RI 27/1999 perihal Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).

Azhari mengatakan, persoalan ini selalu terjadi setiap tahunnya bahkan dua kali dalam setahun. Harusnya pemerintah terkait bisa tegas dalam menanggulangi dampak kejadian dan mencari aktor intelektual di balik ini semua.

"Misalnya seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang hanya datang ke lokasi untuk mengambil sampel air laut dan melakukan pemetaan semata. Harapan semoga turunnya DLH tidak hanya sekadar formalitas, karena yang diharapkan masyarakat hanya satu, persoalan ini tuntas dan aktor utamanya ditemukan," ungkapnya.

Azhari melanjutkan, persoalan kerugian nelayan dan petani rumput laut di sekitar tidak ada mereka (pemerintah) cari dan kumpulkan datanya, bahkan berkunjung melihat dampak kerusakan ekosistem keramba rumput laut juga tidak ada.

"Seperti di Pulau Amad Belanda, Kelurahan Sekanak Raya, Kecamatan Belaka Padang, itu petani budidaya rumput laut terancam gagal panen akibat limbah minyak sampai tersangkut di keramba mereka," terangnya.

Hal paling anehnya lagi, lanjut Azhari lagi, Eddy Prabowo, Menteri Kelautan Perikan baru saja berkunjung ke Pulau Batam. Hal ini ibarat tamparan keras buat kementrian,
"Kita rakyat selalu dikasih penyuluhan jaga kebersihan, namun di satu sisi lingkaran besar bermain di luar sana membuang limbah kelautan sesuka mereka," pungkasnya.

Editor: Dardani