Bekerja Sama dengan Google, AJI Sajikan Workshop Penangkal Hoaks kepada Wartawan
Oleh : Hendra Mahyudi
Selasa | 30-07-2019 | 09:16 WIB
kegiatan-google.jpg
Peserta dan Pemateri Workshop Google News Initiative Training Network (GNITN) yang Diselenggarakan Oleh AJI Batam. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Di tengah gempuran modernisasi digital, segala sesuatu dengan mudahnya akan menjadi bias. Kebenaran mulai menjadi samar dan kebohongan bisa diproduksi semasif mungkin di setiap lini kehidupan dunia maya.

Berawal dari keprihatinan akan hal ini, Aliansi Jurnalis Indipenden (AJI) Kota Batam menggandeng penyedia jasa dan produk internet, Google Indonesia. Menyatukan beberapa jurnalis se-Kepri pada satu ruangan dalam workshop bertajuk "Google News Initiative Training Network (GNITN)", di Hotel Venesia (red: OS Hotel), Batam Centre, Sabtu-Minggu, (27-28 Juli 2019).

Ketua AJI Batam, Slamet Widodo mengatakan, pelatihan ini tak hanya penting diberikan kepada jurnalis untuk mendukung kerja-kerja jurnalistik di lapangan. Namun, masyarakat umum pun dinilai layak memahami tools yang disediakan google agar dapat memverifikasi kebenaran suatu rumor, baik dalam bentuk foto maupun video.

"Sebenarnya ini tidak hanya untuk jurnalis sendiri. Secara umum, publik juga perlu diberikan pemahaman bagaimana mereka seharusnya berhak mendapatkan berita yang bisa dipertanggungjawabkan. Perkembangan teknologi yang begitu cepat memudahkan publik mendapatkan informasi. Namun publik banyak dihadapkan pada mis-informasi, dis-informasi atau hoaks," ujarnya, Minggu (28/7/2019).

Untuk jurnalis sendiri, GNITN ini berguna meningkatkan kemampuan jurnalistik dalam cara memverifikasi informasi yang tersebar khususnya di dunia maya. Hal ini dilakukan agar seorang jurnalis yang merupakan corong utama pemberitaan kepada masyarakat, tidak ikut termakan hoaks atau memproduski suatu karya yang tak kredibel.

Dalam workshop ini, GNITN berusaha mengasah keterampilan tiap peserta dalam memanfaatkan sejumlah tools untuk memverifikasi foto atau video yang tersebar di media sosial dan terindikasi merupakan hoaks.

Peserta diminta langsung memeriksa kebenaran rumor yang beredar di dunia maya itu dengan bantuan tools yang diberikan saat pelatihan berlangsung.

Fika Rahma Yuliawati, selaku pemateri mengatakan, workshop ini sangat penting untuk dipelajari. Menurutnya, ini bukan tentang hoaks itu sendiri, tetapi tentang bagaimana hoaks bisa berhenti (dihentikan). Karena baginya penyebaran hoaks/fake news sampai detik ini sangat mengkhawatirkan.

"Banyak orang yang gak tau penyebarannya sejauh apa dan semasif apa. Ini tidak hanya di Facebook atau Instagram, bahkan group Whatsapp yang sifatnya personal seperti group keluarga penyebarannya juga ada" ujar Fika.

"Kenapa kami adakan pelatihan ini kepada wartawan (jurnalis), justru karena wartawan adalah pion terdepan memberitakan informasi yang kita harapkan sungguh-sungguh ,wartawan berada di garis utama menghapus lingkaran hoaks ini. Jangan sampai wartawan sendiri yang turut menyebarkan," tambahnya.

Apa yang dikatakan Fika benar adanya, mungkin memori kita masih bisa mengingat mketika hoaks ini mulai sangat terasa pada Pilpres 2014, kemudian eskalasi meningkat di tabun 2017 saat Pilkada DKI, lalu kemarin bulan di Pilpres 2019.

"Kecenderungannya di momen politik hoaks ini kuat beredar," pungkas Fika.

Editor: Chandra