Konservasi Air di Batam, Tumbuhkan Kesadaran Pentingnya Hutan
Oleh : Redaksi
Selasa | 09-07-2019 | 10:52 WIB
tanam-pohon-atb.jpg
Melalui kegiatan tanam pohon, upaya ATB untuk konservasi daerah resapan air sekitar waduk di Kota Batam. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Lahan hutan yang semakin berkurang mempengaruhi kondisi waduk. Sedimentasi di waduk semakin mengkhawatirkan, karena fungsi hutan untuk meminimalisir dampak tersebut semakin kecil. Akibatnya, daya tampung waduk menurun.

Hutan punya peran strategis bagi Batam, karena menjadi faktor utama yang menjamin ketersediaan air bersih. Batam tak memiliki sumber air baku selain dari hujan yang ditampung di waduk-waduk.

Hutan secara langsung berperan mengatur curah hujan, dan menjaga kualitas waduk dari sedimentasi.

Untuk mendukung proses itu, maka kuantitas hutan yang ada di Batam juga harus mencukupi. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 13 tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Nasional menyebutkan, luas hutan lindung untuk wilayah Sumatera minimal harus mencapai 40 persen dari luas wilayah.

Di sisi lain, UU Penataan Ruang menyebutkan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di sebuah kawasan mininal harus memenuhi 30 persen dari luas wilayah.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam mengeluarkan data luas hutan Batam tahun 2014 pada tahun 2015 silam. Dari data tersebut diketahui luas hutan lindung di Pulau Batam adalah 12.890,8 Hektar, atau sekitar 31,07 persen dari luas Pulau Batam yang mencapai 41.500 Hektar.

Ada 12 titik hutan lindung di Batam, di antaranya Baloi, Nongsa I, Nongsa II, Duriangkang, Bukit Dangas, Sei Harapan, Bukit Tiban, Sei Ladi, Muka Kuning, Batu Ampar, Tanjung Piayu, dan Sei Tembesi.

Namun kini, kualitas hutan di Batam, terutama yang berada di Daerah Tangkapan Air (DTA) tidak lagi seperti yang diharapkan. Salah satu yang cukup mengkhawatirkan ada di Hutan Sei Harapan. Menipisnya hutan disana mempercepat sedimentasi waduk, sehingga kualitas waduk tak lagi sama.

Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama. PT Adhya Tirta Batam (ATB) terus berupaya meningkatkan kesadaran bersama terhadap pentingnya menjaga kualtias hutan di area tangkapan air. Salah satunya melalui ATB- BP Batam Festival Hijau yang diselenggarakan sejak tahun 2011 silam.

Melalui kegiatan tahunan ini, ATB mengajak masyarakat untuk melihat kondisi hutan terkini dan memahami kaitannya secara langsung dengan ketersediaan air baku. "Kesadaran tentang pentingnya melestarikan hutan demi menjaga sumber air kita sangat penting," jelas Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus, mengutip siaran persnya, Selasa (9/7/2019).

Sejak tahun 2011 hingga 2018 lalu, ATB sudah menanam 10.700 bibit pohon di daerah tangkapan air. Tahun akan ada 1.000 bibit pohon yang kembali akan ditanam di 2 lokasi DTA, yakni DTA Dam Duriangkang dan Dam Sei Harapan.

Menurutnya, jumlah pohon yang ditanam masih sangat kecil dibanding dengan kebutuhan rahabilitasi hutan saat ini. Namun melalui kegiatan ini, ATB ingin menginspirasi semua pihak untuk berbuat hal yang sama.

"Kegiatan menanam pohon di dareah tangkapan air bisa menjadi bagian dari program bersama," harapnya.

"Apa yang kami lakukan belum apa-apa. Tetapi jika ini bisa dilakukan besama menjadi sebuah gerakan, kami yakin hutan di dareah tangkapan air bisa menjadi lebih baik," imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, akan ada sedikitnya 1.000 pesepeda yang akan turut bergabung dalam kegiatan penanaman pohon. Mereka akan dibawa melihat langsung kondisi dam Sei Harapan setelah terjadi kekeringan yang menyebabkan ATB terpaksa harus melaksanakan penggiliran beberapa bulan silam.

ATB sengaja memfokuskan kegiatan penanaman pohon di waduk Sei Harapan karena kondisi hutannya yang sudah cukup memprihatinkan. Sejumlah titik di hutan ini telah terbakar, sementara beberapa titik lainnya gundul.

Air baku di waduk pertama di Batam ini pun sempat tidak mampu mencukupi kebutuhan air warga Tanjung Pinggir, Tanjung Riau, Sekupang, sebagian Tiban, dan sekitarnya akibat kekeringan.

"Dengan memusatkan kegiatan disana, kita bisa melihat bersama-sama kondisi waduk terkini. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara langsung terhadap pentingnya peran hutan untuk menjaga keberlangsungan sumber air baku bagi Batam," jelasnya.

Dengan melihat kondisi waduk secara langsung, dia berharap kesadaran untuk menggunakan air seperlunya bisa tumbuh. Masyarakat bisa melihat betapa terbatasnya sumber air baku yang ada di Batam, sehingga perlu digunakan secara bijaksana.

"Pemahaman masyarakat terhadap terbatasnya sumber daya air sangat penting. Sehingga masyarakat mau menggunakan air seperlunya, bukan secukupnya," tutupnya.

Editor: Gokli