Dilema Pedagang Buku di Tengah Gempuran Ponsel Pintar
Oleh : Hendra Mahyudi
Sabtu | 08-06-2019 | 18:04 WIB
toko-buku-batam1.jpg
Toko buku bekas (tobukas) di Komplek Ruko Sakura Anpan, blok E11, Nagoya, Lubukbaja, Batam. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Di zaman sekarang, kemana pun kita pergi gadget tak akan lepas dari tangan. Sembari baring, duduk, bahkan berdiri dalam diam maupun bergerak, jemari tak akan pernah diam mengetik apapun lewat layar handphone pintar.

Hal ini berbanding terbalik dengan dengan keberadaan buku. Buku seolah-olah hanya benda yang dipajang di pustaka, di rak baca atau di toko-toko sahaja.

Sangat jarang di zaman sekarang kita melihat masyarakat membawa buku di genggaman atau duduk di atas bus sembari membaca buku menghabiskan waktu luang.

Kendati begitu, masih ada beberapa orang yang tetap memilih berjualan buku meski merasa bahwa minat masyarakat telah sangat jauh menurun seiring zaan.

Hal ini dirasakan Anton (46), salah seorang pedagang toko buku bekas (tobukas) di komplek ruko Sakura Anpan, blok E11, Nagoya, Lubukbaja, Batam.

Telah 12 tahun Anton berjualan buku bekas di kawasan ruko yang persis berada di tengah-tengah duo komplek perbelanjaan elite, Nagoya - Lucky Plaza. Kendati modernisme terus menggerus arah pola minat masyarakat dalam membaca, Anton tetap ingin bertahan meski sehari-hari toko bukunya semakin sepi.

"Kalau disebut sepi, dibading dahulu iya. Apalagi secara ekonomi berdagang buku di era modern ini sudah sangat tak seimbang lagi jika dibandingkan dengan biaya sewa dan operasional yang dikeluarkan," ujarnya, Sabtu (08/06/2019) sore itu di tokonya.

Kendati begitu, di tengah pelbagai tuntutan sosial kehidupan dan tekanan modernisme yang semakin membawa manusia menuju garis yang mejauhi buku sebagai sumber utama bacaan dan beragam ilmu pengetahuan. Anton tetap berharap minat membaca kembali digandrungi oleh masyarakat, terutama kaum remaja.

"Bertahan jualan buku ya karena inilah pilihan yang saya senangi, sembari tetap menaruh harap agar budaya membaca buku kembali memiliki tempatnya di masa yang akan datang," harapnya.

Ia pun tak menafikan bahwa minat baca itu pasti masih ada, hanya saja medium dan kualitas baca kita yang mula menurun.

"Kalau membaca, dari status media seseorang saja kita sudah membaca, hanya saja kualitas atau nilai dari yang mereka baca itu mulai menurun," ungkapnya.

Sementara itu, saat BATAMTODAY.COM, mencoba mewawancara beberapa remaja, hal yang membuat mereka lebih menggandrungi smartphone dari pada buku adalah akses, kemudahan dan nilai entertain yang ada di dalam gadget itu sendiri yang jauh dari kata membosankan.

Bagi banyak remaja, misalnya Nadia seorang mahasiswa salah satu kampus swasta di kota Batam mengatakan, dengan smartphone banyak fitur yang membuat dia tidak merasa bosan dan tidak semonoton membaca lembaran buku yang Ia katakan telah sangat ketinggalan zaman.

"Kalau membaca ya di HP dong mas, apa saja bisa dengan cepat kita dapatkan. Terus gak akan bosan lagi. Sekejap mata bisa buka Youtube, baca status Facebook, Twitter dan apa yang lagi trading di Instagram," terangnya.

Terlepas dari mulai beralihnya arah pola konsumsi masyarakat akan bacaan dan kualitas dari sumber yang dibaca menurun atau tidak ada edukasi sama sekali, semoga masyarakat mulai kembali bisa menjadikan buku sebagai bagian dari socio-culture (budaya sosial) yang kembali digandrungi.

Editor: Yudha