Di Pasir Panjang, TNI Bersama Rakyat Membangun Peradaban
Oleh : Hendra Mahyudhy
Minggu | 17-03-2019 | 12:04 WIB
tmmd1.jpg
TNI bersama rakyat membangun akses jalan di Desa Pasir Panjang Batam. (Foto: Hendra Mahyudi)

HEMBUSAN angin laut yang lembut, menabur aroma semangat nan teduh. Rona pantai dipenuhi pasir putih, terhampar harapan cerah. Sementara nyiur melambai sambutan selamat datang. Di sanalah pasukan TNI bersama rakyat, membangun peradaban. Bagaimana kebersamaan mereka itu? Berikut catatan wartawan BATMTODAY.COM, Hendra Mahyudhy.

Pelan dan pasti, jalanan yang berliku, bertanah kering dan berdebu itu, mengantarkan kami ke sebuah wajah peradaban yang tersembunyi. Sayup-sayup tampak dari kejauhan, belasan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama rakyat, akrab, kompak bahu membahu, bergotong royong mengerjakan semenisasi jalan di Desa Pasir Panjang. Sebuah dusun yang menyimpan halaman-halaman cerita yang tak kunjung padam.

Seperti nama desanya, warga di sana juga memiliki ikatan emosional yang panjang atas jasa TNI yang pernah berkunjung ke sana untuk membuka akses jalan tanah menuju desa.

Dahulunya, kata Pak Hasim (53), Ketua RT 01/RW 03 Kampung Pasir Panjang, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Kota Batam, pernah dikunjungi Letjen (Purn) Edy Rahmayadi. Saat itu ia mengemban tugas sebagai Komandan Kodim (Dandim) 0316/Batam, dengan kondisi kampung yang masih terisolir.

Saat itu, belum ada akses jalan kendaraan roda empat, hanya jalur tanah setapak yang hanya bisa dilewati sepeda motor atau sepeda saja. Itu pun juga dengan jarak tempuh lebih kurang hanya 6 kilometer dari jalan utama.

"Kami tak nak lupa diri, kedatangan kembali bapak-bapak TNI untuk melakukan semenisasi jalan di kampung ini, adalah rasa syukur seperti dulu kedatangan Pak Edy membuka akses jalan untuk pertama kali," ujarnya kepada pewarta, Jumat (15/3/2019).

Melalui program "TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD)" tahun ini, para korps baju loreng beserta warga sekitar, bahu-membahu menyemenisasi jalan lebih kurang sepanjang 200 meter di area desa.

Bagi warga, semenisasi ini sangat membantu. Pasalnya, setelah akses jalan dibuka tahun 2004 silam, hingga sekarang desa mereka masih berupa tanah yang belum disemen apalagi diaspal.

"Saat hujan ya berlumpur, saat panas ya berdebu. Saat sudah disemen seperti ini, kita merasa cukup sangat terbantu," ungkap Ibu Haryati (32) warga Desa Pasir Panjang.

Begitu juga dengan anak-anak mereka yang pergi sekolah dan mengaji. Saat hujan lebat mereka tak perlu takut lagi jalanan berlumpur dan licin, atau berdebu saat kemarau. Karena TNI bersama orangtua mereka telah bahu-membahu membangun jalan untuk disemenisasi.

Bahkan, kini anak-anak telah bisa bermain sepeda dengan riang gembira. Tanpa takut terpeset karena licin atau berdedu. "Untuk anak-anak kami, saat sekolah dan mengaji tak perlu lagi takut jalan becek dan berlumpur saat hujan, atau debu bertaburan saat kemarau," tutur Wildan, pemuka agama Desa Pasir Panjang.

Guru mengaji di TPQ Ar-Raudhah, Pasir Panjang itu menambahkan, ia bersyukur semenjak akses jalan ke desa mereka dibuka, apa lagi telah disemenisasi seperti saat ini.

Saat menuturkan itu, mata Wildan berkaca-kaca. Ia coba mengenang kembali kisah tentang anaknya yang meninggal karena demam berdarah. Saat itu, akses transportasi di desa mereka hanya via jalur laut, itu juga dengan pompong (perahu kecil) semata. Dan jaraknya juga cukup jauh, hingga malang tak dapat ditolak, sang anak tak bisa terselamatkan dibawa berobat ke Puskemas terdekat.

"Alhamdulillah, sekarang sejak akses jalan sudah dibuka. Desa kami mulai ada Poliklinik Bersalin Desa (Polindes), dan saat ada hal darurat, Pak mantrinya dengan cepat bisa ke sini," tuturnya lagi.

Sementara percakapan terus berjalan, waktu sholat telah tiba. Perlahan suara adzan mulai terdengar se-antaro desa yang telah ada sejak sekitaran tahun 1950 itu. Kini di desa nan teduh itu, dihuni 105 kepala keluarga, dengan mayoritas bekerja sebagai nelayan.

TNI dan warga pun berehat sejenak melepas lelah. Mereka yang muslim bergerak menuju masjid menjalankan ibadah Jum'at. Sedangkan yang non-muslim memilih duduk di warung sekitar, bercengkrama dengan sesama menunggu ibadah Jumat selesai.

Selepas itu, kebersamaan mereka pun dilanjutkan. Tidak hanya sebatas semenisasi semata. Selesai shalat, mereka pun makan siang bersama. Para ibu datang membawa tikar, membentang dedaunan pisang di atas jalan yang telah kering semennya. Lalu, mereka pun menata hidangan lauk pauk dan nasi untuk berjamba (makan bersama-sama di atas daun pisang).

"Semoga jalan ini bermanfaat untuk kita semua. Melalui TMMD ini, kita jalin kebersamaan, dan semenisasi ini adalah jalan memperlancar akses masyarakat kita menuju peradaban," ujar Dandim, Letkol Inf Romel Jangga Wardhana, SE, yang juga ikut larut dalam kebersamaan TNI bersama rakyat di Desa Pasir Panjang itu.

Jarum jam terus berdetak, 'Baskara' mulai tenggelam di ufuk barat, keringat TNI dan warga yang sedari pagi bercucuran, tunai sudah. Karena mereka telah menciptakan peradaban yang akan terus dikenang. Di Desa Pasir Panjang, ada romantisme yang tak pernah tenggelam. Mengukir kebersamaan antara TNI bersama rakyat.

Editor: Chandra