Gelaran Parade Seni Institut Rumah Pohon Batam

Parade Lukisan, 'Batam Tanpa Tema' Lebih Memasyarakat dari 'Batam Milik Kita'
Oleh : Hendra Wahyudi
Kamis | 13-12-2018 | 12:17 WIB
pagelaran-seni1.jpg
Pagelaran Seni Institut Rumah Pohon Batam. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Batam Tanpa Tema, itulah tagline yang menghiasi parade seni lukisan yang dipajang berjejeran menghiasi jembatan Tiban Kampung, sejak Minggu (10/12/2018) lalu.

Kabarnya lukisan ini merupakan hasil goresan tangan 9 pelukis asal Kota Batam yang kesal akan tidak adanya public space (ruang publik) yang tersedia buat para seniman untuk berkesenian.

Dalam gelaran parade seni tahun ini, pihak penyelenggara selaku Institut Rumah Pohon Batam mengangkat potret masa lampau yang telah jauh ditinggalkan oleh remaja di era millennial sekarang.

"Untuk tahun ini kita muncul dengan Traditional Play atau kesenian tradisional," ujar Amri selaku Sekretaris acara Batam tanpa tema dan staf pengajar divisi musik di rumah pohon institut, Kamis (13/12/2018).

Traditional Play ini sendiri merupakan hal yang telah luput di era modernisme, di mana remaja telah jauh melalang-buana meninggalkan permainan masa lalu di era 90'an, ketika gawai mulai menarik mereka menuju permainan online yang bisa dikatakan anti-sosial.

Tidak hanya itu, banyak hal yang menjadi kegelisahan pihak penyelenggara, terutama mulai hilang atau tidak adanya ruang untuk berkarya bagi seniman lokal Batam.

"Tidak adanya ruang untuk berkarya, terutama karena tidak adanya galeri lukis di Batam, ini yang mendasari kegelisahan kami," lanjut Amri.

Sehingga muncul ide dari salah seorang sahabat sesama anggota Institut Rumah Pohon untuk mengadakan pameran seni dengan tema #BatamTanpaTema, di area public space (ruang publik), karena mereka ingin seni itu turun langsung ke jalan, dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.

"Pameran ini pure hasil dari buah pikir ide teman-teman dari institut rumah pohon," lanjutnya lagi

Awalnya mereka ingin para pemimpin-pemimpin di Batam untuk memberi ruang bagi seniman lokal berkesenian, di tambah lagi wacana pemerintah kota Batam untuk menjadikan kota ini sebagai kota Wisata.

Secara garis besar Batam Anti Tema ini adalah perlawanan atau sindirian terhadap pemerintah kota Batam yang mengangkat tagline Batam Milik Kita.

"Yang menjadi pertanyakan, "kita" ini siapa? Sedangkan ruang berkesenian sedikitpun tidak ada," tegasnya.

Sewajarnya saja, Institut Rumah Pohon sangat berharap adanya pusat pasar seni di Batam, juga taman budaya, sesuai dengan keinginan pemerintah ingin menjadikan Batam kota pariwisata

Mereka berharap kenapa tidak bersinergi langsung dg seniman. Bukankah yang menyentuh hati itu adalah seni, dan yang mereka adakan sekarang adalah peristiwa budaya, buah pikiran dan hasil karya tangan seniman lokal sendiri.

"Total ada 9 artis yang ikut lolos seleksi pameran lukisan di jembatan tiban kampung dengan total 27 karya yang sesuai dengan traditional play," pungkas Amri.

Editor: Yudha