Antisipasi KLB Akibat Serangan Campak dan Rubella
Oleh : Redaksi
Rabu | 29-08-2018 | 10:04 WIB
tj-011.jpg
Kepala Dinkes Kepri, Tjetjep Yudiana. (Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau mengingatkan masyarakat bahwa campak dan rubell bukan penyakit yang mudah diobati, karena itu perlu diwaspadai dan diantisipasi sebelum menyebar luas.

Kepala Dinkes Kepri, Tjetjep Yudiana memperingatkan, wilayah ini potensial ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat penularan campak dan rubella yang meluas.

"Kita semua tidak menginginkannya, tetapi kondisi sekarang membuahkan hasil analisis kesehatan yang memungkinkan terjadi KLB jika tidak segera diantisipasi," ujarnya, di Tanjungpinang, Selasa (28/8/2018) seperti dikutip situs resmi Diskominfo Kepri.

Tjetjep menegaskan vaksin MR adalah jawaban satu-satunya saat ini untuk mengantisipasi penularan campak dan rubella. Namun kondisi sekarang tidak terlalu baik untuk mencapai keinginan pemerintah menyelamatkan generasi muda dari penyakit berbahaya tersebut.

Padahal indikator penyakit campak dan rubella dapat menyebar luas dapat dilihat dari jumlah penderitanya, letak geografis Kepri dan jumlah warga yang sudah diberi vaksin MR. Jumlah warga Kepri yang terinfeksi rubella sebanyak 114 orang, sedangkan campak mencapai 170 orang.

Jumlah penderita campak dan rubella itu diperkirakan lebih dari itu jika dihitung dengan penderita yang tinggal di pulau-pulau.

Sementara jumlah anak-anak usia 9 bulan hingga 15 tahun yang telah diimunisasi vaksin MR hanya 27 persen dari 680 ribu orang. Berdasarkan hasil analisis kesehatan, persentase vaksinasi MR yang tidak mencapai 90 persen, tidak membuahkan hasil yang maksimal.

"Dari aspek kesehatan, 60 persen saja yang diimunisasi, percuma, karena masih banyak yang potensial tertular," ucapnya.

Tjetjep mengatakan warga asing yang masuk Kepri juga potensial menyebarkan virus campak dan rubella. Saat ini, kata dia sebanyak 40 ribu warga Eropa terjangkit penyakit yang mematikan tersebut.

"Kepri merupakan wilayah tujuan wisata bagi warga asing. Kita tidak mengetahui apakah turis tersebut bebas penyakit itu atau tidak," katanya.

Dari tiga indikator itu, menurut dia mendorong pemerintah untuk terus mengkampanyekan vaksin MR, dan mendorong pihak sekolah agar mengizinkan petugas mengimunisasi para pelajar. Saat ini, banyak petugas kesehatan yang ditolak oleh pihak sekolah.

"Petugas datang dengan semangat untuk melindungi para generasi muda dari penyakit yang dapat menimbulkan kebutaan, tuli dan kerusakan paru-paru, tetapi ditolak. Kasihan mereka," tuturnya.

Tjetjep mengimbau orangtua dan pihak sekolah untuk mengizinkan petugas memberi vaksin MR kepada anak-anak. Apalagi MUI sudah membolehkan vaksin tersebut diberikan kepada anak-anak.

Editor: Gokli