200 Pasukan Brimob Polda Kepri Kembali dari Operasi Amole Papua
Oleh : Hadli
Kamis | 02-08-2018 | 15:04 WIB
brimob-kepri1.jpg
Kapolda Kepri Irjen Pol Didid Widjanardi menyambut kedatangan pasukan Brimob Polda Kepri yang baru pulang dari Operasi Amole di Papua. (Foto: Hadli)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sebanyak 200 orang personil elit Brimob Polda Kepri kembali ke kesatuan setelah 4 bulan BKO ke Polda Papua dalam rangka operasi Amole di PT Preeport Indonesia.

"Mereka telah melaksanakan tugas dengan baik dengan mengusir kelompok masyarakat yang melakukan penambangan emas secara ilegal," kata Kapolda Kepri, Irjen Pol Didid Widjanardi usai gelar apel di Mapolda Kepri, Kamis (2/8/2018) pagi.

Kapolda menuturkan, ada dua kelompok yang melakukan penambangan emas secara ilegal di sana. Diantaranya karena faktor ekonomi dan sengaja melakukan penambangan emas secara ilegal yang hasilnya untuk gerakan mendukung Papua Merdeka.

"Hasil penambangan emas untuk membeli senjata mendukung gerakan Papua Merdeka," terangnya.

Selama 120 hari menjalankan tugas operasi Amole, tambahnya satupun anggota Brimob dari Polda Kepri ini tidak ada yang melakukan pelanggan. Untuk itu, kata Kapolda untuk segera bergabung dan menyesuaikan diri dengan kesatuan lamanya dan tidak terlena dengan evoria evoria setelah penugasan.

"Saya ingatkan pada mereka bahwa sebentar lagi ada tugas yang lebih berat di depan yaitu mengamankan NKRI mengamankan dan menyesuaikan terselenggaranya pemilihan umum pemilihan Presiden, Wakil Presiden dan DPR yang akan serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia," ujar Didid.

Kasat Brimob Polda Kepri Kombes Pol Imam Santoso menuturkan, selama operasi Amole berlangsung Anggota Brimob Polda Kepri belum pernah melakukan kontak senjata dengan Papua Merdeka maupun kelompok kriminal bersenjata.

Hal itu, tambahnya dikarenakan pengamanan yang dilakukan sudah sangat ketat. Seperti telah dilakukan antisipasi oleh anggota Intel, pejagaan posko-posko di daerah yang dianggap rawan serta patroli rutin dari satu posko ke posko lainnya.

"Kontak senjata langsung belum pernah. Tapi untuk pengusiran kepada masyarakat yang melakukan penambangan secara ilegal sering dilakukan dengan cara melempar bom disekitarnya agar pelaku penambang lari," ujarnya.

Editor: Yudha