Kesulitan Air Bersih dan Listrik, Masyarakat Siantan Tengah Anambas Terisolir
Oleh : Fredy Silalahi
Selasa | 18-10-2016 | 17:39 WIB
beli-air.gif

Untuk kebutuhan air bersih saja, masyarakat  Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Anambas. harus membeli dengan mahal. Sedangkan listrik, hanya mengalir selama 6 jam per hari (Sumber foto: net)

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Air bersih dan listrik merupakan kebutuhan sangat pokok bagi kehidupan masyarakat saat ini. Begitu juga masyarakat Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Anambas.

Namun, dua ketersediaan dua jenis barang ini sangat jauh dari masyarakat Siantan. Untuk kebutuhan air bersih saja, masyarakat harus membeli dengan mahal. Sedangkan listrik, hanya mengalir selama 6 jam per hari.

Ades, warga Desa Air Asuk, Kecamatan Siantan Tengah, mengatakan, pihaknya merasa terisolir dengan kebutuhan air bersih dan listrik yang sangat sulit didapatkan.

"Dengan bayaran hampir Rp600 ribu per bulan, kami hanya menikmati listrik 6 jam per hari, mulai dari pukul 17.30 hingga 00.00 WIB. Sementara untuk kebutuhan air bersih, kami harus beli dengan harga Rp20 ribu per drum (200 liter), "ujar Ades, Selasa (18/10/2016).

Dengan sulitnya mendapatkan air dan listrik, Ades menambahkan, beberapa aktivitas ibu rumah tangga selalu terganggu. "Bahkan menonton acara dan berita TV aja masyarakat Siantan tidak bisa. Apa tidak semakin ketinggalan informasi dunia luar," ujarnya.

Sedangkan untuk kebutuhan air bersih, pihaknya mengeluhkan proyek air bersih Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas ‎yang tidak berfungsi sama sekali.

"Ada dua proyek Pemkab Anambas untuk mengadakan air bersih, tetapi proyek itu tidak berfungsi sama sekali. Kami masyarakat menyebut itu proyek pengadaan angin, bukan air. Proyek yang mulai berjalan pada tahun 2014 itu merupakan penyulingan air laut jadi air bersih dan instalasi air. Kedua proyek itu tidak berfungsi," ungkapnya.

Camat Siantan Tengah, Herry Fakhrizal‎, mengakui pihaknya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan listrik bagi masyarakat. Khusus Air Asuk, pihaknya juga kesulitan pada rutinitas kerja di kantor karena harus menggunakan genset.

"Di Air Asuk 253 KK atau berkisar 890 pe‎nduduk. Mungkin untuk kebutuhan listrik, sebagian masyarakat tidak begitu terganggu karena berkisar 85 persen penduduk merupakan nelayan. Kalau kami yang biasa harus di kantor yang baru terasa kekurangan listrik. Sementara kami butuh menghubungkan data-data pemerintahan ke sekretariat," terangnya.

Ia juga membenarkan adanya proyek air bersih yang di Siantan yang tidak berfungsi. "Ya..ada proyek pemerintah untuk tahun 2014 dan 2015, yakni pengadaan RO dan pembangunan instalasi. Tetapi air tidak pernah keluar, untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat terpaksa membeli air dengan harga Rp 20 ribu per drum," ujarnya. (*)

Editor: Udin