Daerah Perbatasan Berpotensi Sebagai Markas Kelompok Teroris Merakit Bom
Oleh : Fredy Silalahi
Jum'at | 02-09-2016 | 14:38 WIB
Ali-Fauzi-Manzi.gif

Ali Fauzi Manzi saat memberikan pemahaman teroris kepada peserta Rakor FKUB Anambas (Foto: Fredy Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Anambas - Daerah perbatasan suatu negara memiliki potensi sebagai markas atau tempat pelarian kelompok teroris. ‎Sejak tahun 1999-2016 Batam dan Tanjungpinang merupakan "jalur emas" untuk memasok senjata dan menjadi markas kelompok teroris merakit bom.


"Kelompok teroris itu lebih memilih daerah perbatasan, karena aparat penegak hukum tidak bisa mengejar maksimal para kelompok teroris itu. Apalagi sebelum melakukan Bom Bali, kelompok teroris itu merakit di Pulau Kundur, Karimun, yang merupakan Daerah Provinsi Kepri, lalu membawa bom itu lewat Pulau Jawa‎," ujar Ali Fauzi Manzi yang menjadi narasumber di Rapat Koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama di Aula Hotel Terampa Beach, Jumat (02/09/2016).

Ali yang merupakan Alumni Akademi Militer MILF itu menerangkan, para kelompok teroris mendatangkan komponen rakitan bom dari Malaysia, Singapura dan Filipina melalui jalur gelap yang tidak terjangkau oleh aparat penegak hukum.

"Mereka itu (kelompok teroris-red) memiliki pengalaman dan mereka sudah hapal wilayah-wilayah yang tidak terjangkau oleh TNI/Polri. Misalnya mereka dari Malaysia, namun mereka telah diintai oleh kepolisian, mereka langsung sigap untuk berlari ke wilayah Malaysia. Sehingga kepolisian tidak berani melewati perbatasan," terangnya.

‎Ali menguraikan, jumlah teroris di Indonesia sangat banyak dan memiliki target sebanyak mungkin dan para kelompok teroris tersebut telah dididik di Afganistan dan Thailand.

Ali Fauzi Manzi (Foto: Fredy Silalahi)

Untuk itu dia berharap, seluruh elemen masyarakat dapat membantu TNI/Polri bekerja, memberikan informasi yang jelas kepada TNI/Polri‎.

"Saya tidak bisa menjamin suatu wilayah itu aman dari ancaman teroris. Tapi saya harapkan masyarakat harus waspada, bila ada orang yang mencurigakan segera lapor kepada TNI/Polri. Kelompok teroris ini susah dicari, mereka underground, untuk itu kita harus bantu TNI/Polri ‎bekerja," ujarnya.

"Saya ahlinya untuk merakit bom. Kasus Bom bunuh diri yang di dalam sebuah gereja di Medan itu tidak ada apa-apanya, karena dia hanya belajar dari internet. Kalau kelompok teroris itu belajar langsung dari luar negeri. Bahkan, komponen bom itu ada pada kebutuhan kita sehari-hari, seperti pada gula yang kaya glukosa, pupuk urea yang memiliki nitrogen tinggi. Ada satu lagi pupuk cap matahari, saya harap TNI/Polri bisa sigap untuk menggagalkan penyaluran pupuk itu," tegas pria pengamat bom dan teroris itu.

Editor: Udin